Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Sawit di Bursa Malaysia Capai Level Terendah dalam 5 Bulan Terakhir

Harga Sawit di Bursa Malaysia Capai Level Terendah dalam 5 Bulan Terakhir Seorang buruh tani memanen sawit di perkebunan sawit milik PTPN VIII di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). Dewan Minyak Sawit Indonesia mengatakan, produksi minyak sawit mentah diproyeksikan meningkat 3,07 persen atau mencapai 54,7 juta ton pada 2022 dibandingkan tahun ini sebesar 53,07 ton. | Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak sawit di Bursa Berjangka Malaysia tercatat menurun pada Senin (20/6/2022) ke level terendah selama lima bulan terakhir. Hal ini dikarenakan Indonesia sudah kembali mendorong ekspor minyak sawit sehingga pasokan diperkirakan membaik, sementara harga minyak mentah mengalami penurunan.

Kontrak minyak sawit acuan FCPOc3 untuk pengiriman September 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melorot menjadi RM 5.221 (US$1.186,59) per ton, atau terdapat penurunan sekitar 4,27 persen pada awal perdagangan.

Baca Juga: Menilik Isu Deforestasi dan Tudingan Bagi Kelapa Sawit

Dilansir dari Reuters pada Selasa (21/6/2022), pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Persetujuan Ekspor untuk pengiriman lebih dari 820.000 ton minyak nabati di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO) dan program percepatan ekspor pada pekan lalu.

Sementara itu, negara importir minyak nabati utama dunia, India, telah menurunkan harga dasar impor minyak sawit mentah, minyak kedelai, emas, dan perak. 

Baca Juga: Terbukti! Kemitraan Asian Agri dan Program PSR Angkat Perekonomian Petani Sawit di Daerah

Kontrak kedelai teraktif Dalian DBYcv1 turun 1,6 persen, sementara kontrak minyak sawit DCPv1 turun 3,2 persen. Perlu diketahui, minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Lantas, untuk harga minyak mentah tercatat menurun kendati terdapat pasokan yang ketat setelah terjadi penurunan harga sekitar 8 persen. Hal ini diakibatkan adanya kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: