Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Medan Perang Paling Sengit, Rusia Dipandang Menang, Inilah Nasib Tentara Ukraina

Di Medan Perang Paling Sengit, Rusia Dipandang Menang, Inilah Nasib Tentara Ukraina Kredit Foto: Reuters/Oleksandr Ratushniak
Warta Ekonomi, Kiev, Ukraina -

Tentara Ukraina telah diperintahkan untuk mundur dari kota Sievierodonetsk di wilayah timur setelah beberapa pekan terlibat pertempuran sengit dengan pasukan Rusia.

Perintah itu dikeluarkan untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak dan mengatur ulang strategi.

Baca Juga: Jokowi Terbang ke Rusia dan Ukraina, Menandakan Indonesia Makin Super Power di Mata Dunia

Namun, langkah Ukraina itu dipandang Rusia sebagai kemenangan telak.

Langkah itu tampaknya juga menjadi kemenangan bagi Rusia yang berusaha merebut kendali penuh atas Luhansk.

Wilayah itu merupakan salah satu target Rusia dalam perang. Setelah Sievierodonetsk, kota Lysychansk akan menjadi fokus serangan mereka berikutnya.

Vitaly Kiselev, seorang pejabat kementerian dalam negeri Republik Rakyat Luhansk (LPR), mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa diperlukan waktu satu setengah pekan untuk merebut Lysychansk sepenuhnya.

LPR adalah wilayah kelompok separatis di Ukraina yang memerdekakan diri dan hanya diakui oleh Rusia.

Sejak Rusia menarik mundur pasukannya dari ibu kota Kiev, mereka telah memfokuskan serangan ke selatan dan Donbas, sebuah wilayah di timur yang terdiri dari Luhansk dan Donetsk.

Rusia mengerahkan pasukan artileri besar-besaran ke wilayah itu, yang dipandang sebagai medan perang paling sengit di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Ukraina pada Jumat kembali menekan Barat untuk mengirimkan bantuan senjata.

Jenderal Valeriy Zaluzhniy mengatakan kepada mitranya di AS lewat telepon bahwa pasukannya memerlukan "kesetaraan senjata" dengan pasukan Rusia untuk menetralkan situasi di Luhansk.

Di sebelah selatan Sievierodonetsk, tentara Ukraina juga ditarik dari kota Hirske dan Zolote, kata Oleksiy Arestovych, penasihat Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Arestovych mengatakan penarikan pasukan dari kota-kota itu adalah keputusan bagus yang menabrak tradisi militer Soviet dan pasca-Soviet untuk pantang menyerah apa pun kondisinya.

Dia mengatakan militer Ukraina mendapat pelajaran berharga saat bertempur melawan pasukan pro-Rusia pada 2014 dengan bertahan habis-habisan.

"Sekarang, untuk pertama kalinya, kami punya contoh bagaimana pasukan kami mundur secara teratur," katanya lewat unggahan video daring.

Pasukan Rusia telah memasuki Hirske dan menduduki distrik di sekitarnya secara penuh pada Jumat, kata pemimpin kota itu, Oleksiy Babchenko.

"Ada bendera merah (Rusia) berkibar di atas gedung kota (di Hirske)," kata juru bicara pemerintah setempat.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengecilkan kemungkinan kehilangan lebih banyak daerah di Donbas.

"Putin ingin menduduki Donbas pada 9 Mei. Kami (ada di sana) pada 24 Juni dan masih bertempur. Mundur dari beberapa pertempuran bukan berarti kalah perang," kata Kuleba dalam wawancara dengan harian Italia Corriere della Sera.

Kantor staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan pasukannya meraih sejumlah keberhasilan di wilayah Kherson di selatan.

Mereka memukul mundur tentara Rusia dari posisi bertahan di dekat desa Olhine.

Media Ukraina menayangkan rekaman tentang sebuah sekolah yang terbakar dan dihancurkan oleh roket-roket Rusia di Avdiivka, sebuah kota di Donetsk di wilayah yang dikuasai Ukraina.

Beberapa laporan mengatakan sekolah itu telah digunakan sebagai pusat pertolongan pertama dan serangan itu menghancurkan obat-obatan dan pasokan lain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: