Selain setelah Lebaran sale permintaan produk turunan kelapa di pasar domestik Indonesia belum recovery, sekarang dihadapkan pada kondisi global yang juga menurun permintaannya sehingga nilai ekspor juga berkurang, yang khususnya terjadi sebagai akibat dari penurunan volume komoditas yang diekspor.
Dengan kondisi ini, perusahaan mau tak mau menurunkan jumlah hasil produksi agar tidak membebani keuangan dan kerugian, serta untuk memelihara keberlanjutan usaha. Dan secara otomatis akan menyesuaikan dengan dinamika ekspor pembelian bahan baku industri, termasuk kelapa.
Baca Juga: Antisipasi Krisis Ekonomi Global, Jokowi Minta Segera Lakukan Efisiensi
Hal ini dirasa perlu agar senantiasa memelihara keseimbangan antara permintaan dan persediaan agar keberlangsungan usaha dapat dijaga.
Selain di sisi hilir yang sedang 'berat', untuk perkelapaan Indonesia, di sisi hulu juga harus mendapat perhatian. Karena bila industri kelapa sedang menghadapi lesunya pasar, akan susah menampung hasil panen dari petani kelapa.
Baca Juga: Gelontorkan Investasi Rp150 Miliar, Perusahaan Kelapa Sawit Ini Bakal Bangun PKS
"Terlebih jika perkebunan petani kelapa sedang panen raya, dikhawatirkan tidak bisa diserap industri kelapa," tambah Rudy.
Ini tentu masalah baru, karena bila panen kelapa tidak terserap, tentu akan menimbulkan kerugian besar bagi petani kelapa. Dan ini menjadi beban dan tantangan sendiri bagi perusahaan agar senantiasa melakukan berbagai macam penyesuaian serta improvisasi untuk memelihara keseimbangan antara aspek permintaan dengan aspek persediaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: