Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Daerah Siapkan Langkah Turunnya Harga TBS Petani Sawit

Daerah Siapkan Langkah Turunnya Harga TBS Petani Sawit Kredit Foto: Antara/Bayu Pratama S
Warta Ekonomi, Jakarta -

Turunnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Ridwan Djamaluddin melakukan rapat koordinasi antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perusahaan kelapa sawit dan perkebunan terkait dengan merosotnya harga TBS kelapa sawit, kemarin.

Ridwan mengetahui hal itu dari Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman, kemudian diikuti dengan kepala daerah kabupaten lainnya. "Saya mendapatkan informasi dan masukan, bahwa ada masalah di kita. Permasalahan harga kelapa sawit ini bukan hanya di Babel saja, di daerah lain juga, dimana-mana sedang turun drastis," ungkapnya.

Rapat itu secara keseluruhan membahas tiga hal. Pertama seberapa buruk anjloknya harga kelapa sawit. Kedua langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi hal tersebut agar petani tidak panik.

Ketiga usulan apa saja yang akan disampaikan ke pemerintah pusat terkait masalah ini. Bupati Belitung Timur Burhanudin mengungkapkan penurunan harga TBS kelapa sawit ini terjadi karena adanya larangan ekspor.

Selain itu pabrik membeli sawit dibatasi dengan kuota harian, berdasarkan regulasi dari masing-masing perusahaan. "Karena kuota yang dibatasi inilah, membuat TBS kelapa sawit ini banyak yang busuk, karena tidak semuanya bisa terjual. Juga, harga di sini pun menjadi Rp1.250 per kilogram," ujar Burhanudin.

Turun drastisnya harga TBS kelapa sawit ini sangat dirasakan oleh semua petani kelapa sawit di Kepulauan Babel, terutama di Kabupaten Bangka Tengah. Dimana harga TBSnya paling murah di Babel, yakni hanya Rp700 per kilogram.

Baca Juga: Harga Tandan Buah Segar Petani Sawit Turun Menjadi Rp1.865 per Kilogram

Jurianto selaku Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Tengah, mengeluhkan bahwa sebenarnya di tahun 2010 dulu pernah mengalami hal serupa. Namun bedanya harga pupuk hingga upah buruh saat itu masih terjangkau, tidak seperti saat ini yang sudah serba mahal. Ini membuatnya resah karena akan membuat petani sangat merugi.

"Besar harapan kami, agar harga TBS kelapa sawit ini kembali ke harga minimal dua ribu rupiah. Karena jika di bawah itu, kami sudah tidak dapat apa-apa lagi, kami panen tapi merugi," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: