Momen wabah PMK ini hendaknya menjadi pembelajaran bagi pemerintah tentang kesehatan hewan dan juga lingkungan. Dicky menyoroti keberadaan pasar basah yang rawan menjadi sumber penyakit atau tempat lompatan virus.
“Moment seperti wabah PMK harus menjadi momen untuk memperbaiki penataan masalah kesehatan hewan khususnya konsumsi hewan ternak, gimana di pasar dijajakan. Kalau hanya dianggap dan berlalu, ini kita menunggu waktu saya lompatan virus. Kita jadi negara yang berkontribusi terjadinya pandemi,” tandas Dicky.
Vaksinasi Bibit
Sementara itu, Dosen Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Epidemiologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis di Institut Pertanian Bogor (IPB), Denny Widaya Lukman efektivitas vaksin akan terasa jika diberikan pada bibit.
“Yang divaksin justru hewan yang sehat dan belum mau dipotong untuk Idul Adha, misalnya untuk bibit bibit dan sapi perah. Karena setelah melewati satu kali vaksinasi, kekebalan baru tumbuh 14 hari setelahnya.” kata Denny.
Dia menjelaskan, dalam istilah kesehatan hewan ada ring vaksinasi, dimana hewan di sekeliling daerah wabah diberi vaksinasi.
Bagi peternak yang sudah menyediakan hewan kurban mereka, dia minta diawasi terus kesehatannya. Jika sehat, maka tidak perlu divaksin dan siap untuk dikurban. Namun jika peternak memiliki bibit, mereka bisa mencari vaksin untuk ternak.
Bicara vaksin, tiga juta vaksin hewan itu diimpor oleh pemerintah. Padahal Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya siap untuk memproduksi vaksin PMK. “Di Indonesia sekarang memproduksi vaksin yang ada, karena dia menggunakan virus yang ada di indonesia, vaksin yang impor belum tentu cocok,” kata Denny.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: