Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Potensi Besar di Balik Rendahnya Penetrasi Asuransi Jiwa Indonesia

Potensi Besar di Balik Rendahnya Penetrasi Asuransi Jiwa Indonesia Kredit Foto: AAJI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengamini bahwa tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Hal itu tercermin dari aspek rasio asset to GDP densitas dan penetrasi. 

Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI, Wiroyo Karsono, mengungkapkan bahwa densitas atau rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia untuk membeli produk asuransi jiwa pada tahun 2020 hanya mencapai US$54 atau sebesar Rp761.670 per tahun. Sementara itu, tingkat penetrasi asuransi jiwa Indonesia pada tahun 2020 hanya sebesar 1,2% untuk rasio pendapatan premi terhadap PDB dan 7,8% untuk rasio tertanggung perorangan terhadap jumlah penduduk.

Baca Juga: Kinerja Kinclong, Erajaya Bagi-Bagi Cuan Ratusan Miliar Rupiah ke Pemegang Saham!

"Penetrasi asuransi jiwa di Indonesia ini sangat-sangat rendah dibandingkan dengan negara tetangga kita," tegas Wiroyo, dalam Media Gathering AAJI di Bandung, Kamis, 30 Juni 2022. 

Ia menambahkan, gambaran data rasio aset terhadap GDP sektor keuangan di Indonesia juga terbilang rendah dibandingkan dengan lima negara besar di ASEAN. Rincian rasio aset terhadap PDB Indonesia untuk perbankan sebesar 59,5%; capital market sebesar 45,1%; insurance sebesar 5,8%; dan pension fun sebesar 6,9%. 

Angka tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, di mana rasio aset terhadap GDP banking sebesar 206%; capital market sebesar 121,4%; insurance sebesar 20,3%; dan pension fund sebesar 59,9%.

Rasio aset keuangan Indonesia pun masih lebih rendah daripada Singapura dengan rincian rasio aset terhadap GDP banking sebesar 325,8%; capital market sebesar 191,9%; insurance sebesar 47,5%; dan pension fund sebesar 32,2%.

"Rasio aset asuransi Indonesia itu 5,8%, paling rendah dibandingkan yang lain. Perbankan kita cukup berkembang sejak beberapa tahun lalu, asetnya bisa sampai 59,5% dari GDP. Namun, walaupun tinggi, dibandingkan dengan negara lain, aset finansial Indonesia terbilang rendah," lanjutnya. 

Kendati demikian, Wiroyo melihat angka-angka tersebut, industri asuransi jiwa di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. Bukan tidak mungkin, rasio aset asuransi di Indonesia bisa mencapai angka 50% dari GDP, seperti halnya yang dicatatkan oleh negara-negara tetangga. 

"Kalau kita lihat negara lain, aset asuransinya bisa hampir 50% dari GDP-nya, artinya Indonesia juga bisa. Ini adalah gambaran angka-angka, kita sadar bahwa asuransi jiwa ini masih punya potensi besar," lanjutnya lagi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: