Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pentingnya Edukasi Berkeluarga Sebelumnya Nikah, BKKBN: Stunting Bukan Hanya Soal Kemiskinan

Pentingnya Edukasi Berkeluarga Sebelumnya Nikah, BKKBN: Stunting Bukan Hanya Soal Kemiskinan Kredit Foto: Antara/ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wsj.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengimbau para calon pasangan untuk memperdalam edukasi diri mengenai masa kehamilan dan persalinan. Hal tersebut dilakukan mengingat program utama BKKBN yang fokus pada penurunan prevalensi stunting.

Imbauan tersebut juga berguna untuk mencegah kelahiran lahirnya bayi stunting. Bersamaan dengan imbauan tersebut, BKKBN memberikan sosialisasi yang diperuntukkan bagi masyarakat umum untuk mencegah kelahiran bayi stunting.

Baca Juga: Motivasi Utama Penurunan Stunting, BKKBN Peringati Hari Keluarga Nasional ke-29

Penyuluh KB Utama BKKBN Siti Fathonah mengatakan bahwa berdasarkan data yang dia peroleh dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 lalu, prevalensi stunting nasional masih berada di angka 24,4 persen. Angka tersebut membuktikan, kata Siti, masih tercatat sekitar enam juta anak yang mengalami kegagalan di masa pertumbuhannya.

"Inilah pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat. BKKBN melalui kelembagaannya ada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Satgas Stunting, Tim Pendamping keluarga di desa, terus memberikan edukasi kepada masyarakat," kata Siti dalam keterangan tertulisnya yang diterima Warta Ekonomi, Jumat (1/7/22).

Sementara itu, Siti juga mengungkapkan bahwa penyebab lahirnya bayi stunting bukan hanya disebabkan oleh tingkat kemiskinan masyarakat. Minimnya pengetahuan, kata Siti, tentang pernikahan, kehamilan, dan pola asuh juga termasuk dalam daftar panjang penyebab terjadinya stunting.

"Biasanya yang selalu disalahkan dalam stunting itu tingkat kemiskinan yang identik dengan ekonomi, kan begitu. Jadi kita harus menyadari keluarga berisiko stunting itu, nggak peduli miskin atau kaya. Kalau dia orang kaya, tapi kalau terjadi salah pola asuh, juga bisa terjadi stunting," paparnya.

Dia juga memaparkan bahwa ada lima fokus utama BKKBN dalam percepatan penurunan stunting nasional. Pertama calon pengantin, kedua adalah ibu hamil, ketiga adalah bayi dua tahun, keempat bayi lima tahun, dan kelima ibu paskapersalinan. Dari kelima fokus tersebut, kata Siti, akan dilakukan inkubasi dan perhatian khusus dari pihaknya.

Dia memaparkan, calon pengantin perempuan mesti memeriksakan kesehatan pranikah yang meliputi beberapa indikator pemeriksaan, diantaranya lingkar lengan, berat badan, dan tinggi badan. Setelah melakukan pengecekan tersebut, lanjut Siti, dilakukan pengecekan hemoglobin untuk mengetahui adanya anemia atau tidak pada calon pengantin perempuan.

"Kalau dari semua indikator itu ada yang merah, dia diminta ke Puskesmas agar mendapat treatment. Makanya tiga bulan sebelum menikah harus mendaftar di aplikasi Elsimil agar terkontrol. Lalu calon pengantin laki-laki tidak boleh merokok minimal tiga bulan juga karena sperma laki-laki itu yang dikeluarkan adalah 75 hari sebelumnya," kata dia.

Baca Juga: Bukan Ganjar Ternyata, Capres PDIP "Insya Allah Calonnya Puan"

Lebih lanjut, Siti mengatakan ada beberapa treatment khusus untuk mencegah stunting pada anak, diantaranya pemberian ASI selama enam bulan penuh dan memberikan makanan pendamping ASI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: