Dunia digital merupakan perpanjangan konsep kewarganegaraan yang selama ini sudah ada dan eksis di dunia nyata. Sehingga etik-etika bermedia digital tidak berbeda dengan etika yang ada di dunia nyata.
Ketua Prodi Ilmu Komunikasi SGU, ASPIKOM, MAFINDO, Loina Lalolo Krina Perangin-angin mengatakan, konsep Bad News is Good News sudah menjadi bagian jurnalistik sejak 1950-an. Hal ini membuat orang sekan lebih senang menyebarkan informasi buruk demi menarik perhatian.
Baca Juga: Etis Bermedia Digital, Jaga Kesopanan Bertutur dengan Orang Tua
“Itulah sifat manusia, senangnya yang kontroversial. Pertanyaannya, ketika masuk dunia digital, prinsip tersebut juga masuk. Sehingga ketika orang membuat konten baik maka tidak akan laku, sebaliknya yang kurang baik akan laku,” kata Loina saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat wilayah Magetan, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022).
Konten atau Informasi, menurut dia, menjadi sesuatu yang ditransaksikan di dunia digital. Setiap orang masih mencari posisi ketika pertama kali membuat konten. Tak heran konten kontroversial menjadi pilihan untuk mencari follower.
Bertambahnya jumlah pengikut mendorong seseorang semakin beretika pada media digital. Sehingga lebih sadar dan bertanggung jawab ketika membuat menyebarkan informasi. “Kemampuan berpikir kritis berfungsi untuk membantu kita memilih informasi yang ada,” ujar Loina.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas masyarakat di wilayah Magetan, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Swiss German University, Loina Lalolo Krina Perangin-angin. Kemudian Relawan TIK Bojonegoro, Sholikhin, S.Kom, serta Public figure, Fanny Fabriana.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Literasi Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: