Hasil Rapat Koordinator Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI pada Jum'at (24 Juni 2022) memaparkan langkah-langkah kebijakan untuk membantu peningkatan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani sawit di Indonesia. Hasil rapat termasuk arahan dari Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan dalam keterangan yang diterima menyimpulkan bahwa:
1. Pemerintah telah melakukan langkah kebijakan yang cepat untuk peningkatan ekspor, agar tangki penyimpanan di pabrik kelapa sawit (PKS) yang penuh bisa segera dikosongkan sehingga permintaan dan harga TBS di tingkat petani meningkat;
Baca Juga: Inovasi Minyak Makan Merah untuk Wujudkan Kemandirian Sawit Rakyat
2. Faktor ketidakpastian global dan kompleksitas yang terjadi pasca larangan ekspor, membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk mengembalikan keadaan pada kondisi normal;
3. Berbagai kondisi di luar kontrol pemerintah turut berkontribusi pada turunnya harga CPO di tingkat internasional, yang menjadi salah satu penyebab masih rendahnya harga TBS di tingkat petani;
4. Berbagai kebijakan yang dilakukan terkait CPO dan minyak goreng akan tetap konsisten diterapkan sampai kondisi normal;
5. Untuk membantu petani, pemerintah telah meminta pengusaha untuk tetap membeli TBS petani swadaya pada tingkat harga Rp1.600/kg;
6. Langkah lain ialah bantuan langsung kepada petani melalui BPDPKS. Untuk hal ini, agar dapat diwujudkan melalui pengumpulan data petani sawit sesegera mungkin dilakukan.
Perlu diketahui, belum naiknya harga TBS di tingkat petani disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Perlambatan ekonomi dunia menjadi penyebab turunnya harga CPO karena adanya ekspektasi resesi di Amerika Serikat dan efek lockdown China;
2. Pelemahan ekonomi dunia juga dirasakan oleh komoditas lainnya yang mengalami penurunan harga seperti jagung, gandum, kedelai, termasuk CPO;
3. Peningkatan produksi kedelai dari produsennya seperti Amerika Serikat, Brasil, Argentina, dan Paraguay yang disebabkan harga pupuk terus meningkat, mengubah preferensi petani untuk menanam lebih banyak kedelai, berakhirnya kekeringan utamanya di Amerika Selatan yang mana cuaca diperkirakan normal kembali pada Juni – Agustus 2022, serta kemungkinan dibukanya koridor ekspor dari Ukraina.
Baca Juga: Percaya Bawa Pesan Perdamaian, Eh Klaim Jokowi Ditebas Ukraina, Jubir Habib Rizieq: Bohongnya...
4. Kebijakan DMO dan DPO serta flash out untuk memperlancar ekspor produk kelapa sawit masih belum berjalan optimal/terhambat, yang disebabkan terbatasnya ketersediaan kapal tanker untuk ekspor sehingga harus mengantri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar