Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa yang Selanjutnya Dilakukan Putin Setelah Wilayah Lysychansk Jatuh ke Tangan Rusia?

Apa yang Selanjutnya Dilakukan Putin Setelah Wilayah Lysychansk Jatuh ke Tangan Rusia? Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Metzel
Warta Ekonomi, Kiev, Ukraina -

Mundurnya pasukan Ukraina karena ingin menghindari pertempuran sengit dan berkepanjangan menyebabkan Lysychansk jatuh ke tangan Rusia.

"Rusia saat ini sangat diuntungkan oleh artileri dan amunisi. Mereka bisa dengan mudah menghancurkannya dari kejauhan, sehingga tidak ada gunanya bertahan," kata Serhiy Haidai.

Baca Juga: Rusia Duduki Lysychansk, Presiden Ukraina: Kita Lindungi Nyawa Tentara-tentara

Pernyataan itu klop dengan apa yang digambarkan Rusia saat merebut Lysychansk. Berbagai tayangan video yang diunggah ke media sosial pada Minggu (3/7) memperlihatkan para petempur Chechen berjoget di tengah kota tanpa perlawanan.

Perayaan tersebut dapat dipahami. Sebab, dengan jatuhnya Lysychansk, Rusia praktis telah menduduki seluruh kawasan Luhansk, tujuan strategis Presiden Vladimir Putin dalam invasi ke Ukraina.

Lantas, apa maknanya ini bagi pertempuran Donbas serta perang di Ukraina secara keseluruhan?

Mari kita mulai dari perspektif Ukraina.

Bagi mereka, hal paling krusial adalah menghindari kehancuran sebagaimana terjadi di Mariupol. Meski mereka mampu memperlambat laju militer Rusia selama berpekan-pekan di Mariupol, rangkaian pertempuran itu telah menewaskan serta membuat ribuan serdadu paling cakap dalam militer Ukraina ditawan Rusia.

Ukraina ingin menghindari itu terjadi lagi.

Dalam pidatonya, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan hal tersebut secara eksplisit. "Kami akan membangun kembali tembok-tembok, kami akan merebut kembali wilayah, namun di atas segalanya manusia harus diselamatkan."

Serhiy Haidai, gubernur kawasan Luhansk, mengatakan hal serupa kepada saya: "Pasukan kami telah mundur ke posisi yang lebih terlindungKami menjaga pertahanan Luhansk selama lima bulan. Selagi menjaga pertahanan, kami membangun benteng baru di kawasan Donetsk. Sekarang semua pasukan ke sana."

Beberapa jam setelah Lysychansk jatuh ke tangan Rusia, Oleksiy Arestovych selaku penasihat kepresidenan Ukraina bahkan menyebut pertahanan Lysychansk-Severodonetsk merupakan "operasi militer yang sukses".

Mengingat bendera Rusia kini berkibar di kedua kota itu, klaim tersebut sedikit bertentangan dari kenyataan. Namun, inti pernyataan Oleksiy Arestovych adalah Ukraina tengah melakoni pertempuran panjang guna mengulur waktu.

Untuk memahami logika ini, Anda perlu tahu pentingnya persenjataan dari Barat untuk militer Ukraina.

Singkat kata, tanpa pasokan senjata dari NATO, Ukraina bakal berada dalam kesulitan lebih besar dari situasi sekarang.

Semakin lama Ukraina bisa menunda laju militer Rusia, semakin canggih pula roket dan sistem artileri yang Ukraina bisa gunakan dalam pertempuran.

Sistem peluncur roket HIMARS buatan Amerika Serikat, misalnya, telah dipakai militer Ukraina dan disebut-sebut mengubah keseimbangan konflik secara drastis.

Semakin banyak waktu bagi Ukraina membuat pasokan senjata lebih banyak sehingga Ukraina bisa membalikkan keadaan, khususnya ketika rangkaian sanksi membuat Rusia kesulitan mengganti persenjataan dan amunisi.

Kini giliran perspektif Rusia.

Tujuan resmi mereka adalah merebut, atau yang mereka sebut "membebaskan", Donbas. Mengambil alih Luhansk membuat tujuan itu selangkah lebih dekat.

Hal tersebut disoroti secara khusus oleh Presiden Vladimir Putin, tatkala dia memberikan lencana penghargaan tertinggi "Pahlawan Rusia" kepada para komandan serangan ke Luhansk.

Tapi, apa selanjutnya?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: