Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei: 56 Persen Umat Islam Keberatan dengan Yahudi di Indonesia

Survei: 56 Persen Umat Islam Keberatan dengan Yahudi di Indonesia Kredit Foto: Reuters/Amir Cohen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkap sebuah survei intoleransi masyarakat Indonesia terhadap Yahudi. Jika dibedah antaragama, umat Islam masih keberatan terhadap penganut Yahudi.

Dalam data, 56 persen orang Islam keberatan dengan tetangga yang beragama Yahudi. Sementara itu, 61 persen orang Yahudi tidak diharapkan menjadi guru di sekolah negeri, dan 66 persen sangat tidak diharapkan menjadi pejabat pemerintah.

Baca Juga: Intoleransi Bikin Ketar-ketir, Mayoritas Orang Indonesia Masih Berprasangka Buruk pada Kristen dan Katolik karena...

"Unsur agama sangat penting yang membuat masyarakat kurang toleran pada orang Yahudi," kata Saiful, pada program "Bedah Politik", yang disiarkan kanal YouTube SMRC TV, Kamis (7/7/2022).

Penganut agama resmi di Indonesia selain Islam hanya 14 persen yang menyatakan keberatan jika bertetangga dengan Yahudi. 

Sementara kalangan non-Islam yang keberatan orang Yahudi menjadi guru di sekolah negeri sebesar 27 persen dan pejabat pemerintah 29 persen.

Survei tersebut, yang dipaparkan Saiful, juga menerangkan pandangan umat Islam terhadap Kristen dan Katolik.

Ada 16 persen Muslim keberatan bertetangga dengan orang Kristen atau Katolik. Untuk penganut Kristen atau Katolik jika menjadi guru di sekolah negeri 21 persen Muslim keberatan, sedangkan 29 persen Muslim keberatan jika ada yang menjadi pejabat pemerintah.

“Ada faktor perbedaan agama yang mempengaruhi toleransi terhadap orang Kristen atau Katolik,” kata Saiful.

Untuk kasus Kristen dan Katolik, pendidikan memiliki efek pada sikap toleransi. Menurut Saiful, ini terkait dengan sikap negara yang memang menerima Kristen dan Katolik sebagai agama resmi yang artinya mendapatkan perlindungan.  

Ada dua yang berpengaruh pada sikap intoleransi warga, menurut Saiful. Pertama adalah paham keagamaan. Kedua adalah sikap resmi negara yang diskriminatif terhadap agama Yahudi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: