Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waspada! Anarkisme Rakyat Sri Lanka Adalah Peringatan untuk Seluruh Pemerintahan Dunia

Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Inisiator dan Penggugat UU IKN ke MK

Waspada! Anarkisme Rakyat Sri Lanka Adalah Peringatan untuk Seluruh Pemerintahan Dunia Kredit Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte

Indonesia dan dunia harus belajar dari apa yang terjadi di Sri Lanka. Saat ini utang Indonesia sudah lebih dari 7.000 triliun per Februari 2022. Angka tersebut sekitar lebih dari 40 persen PDB Indonesia. Melihat angka ini maka penggalian utang berikutnya akan mengancam Indonesia terperosok kepada krisis seperti yang terjadi di Sri Lanka. 

Apalagi, utang didominasi karena agresifitas pemerintah membiayai infrastruktur. Selain jalan tol, pemerintah juga agresif dalam membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) di mana sampai saat ini belum ada investor besar yang bersedia membiayai, setelah mundurnya Softbank dan konsorsiumnya dari pembangunan IKN.

Baca Juga: Kekacauan Terjadi di Sri Lanka, Pemerintah Indonesia Harus Waspada!

Indonesia harus bijak melakukan pengeluaran (spending). Diakui bahwa spending pembangunan infrastruktur nilai manfaat ekonominya sangat rendah bagi PDB Indonesia. Apalagi kondisi negara lagi tidak baik-baik saja.

Masyarakat masih menderita dengan kenaikan-kenaikan harga. Contohnya proyek seperti Kereta Api Cepat dan pembangunan IKN yang menyerap anggaran yang sangat besar tapi mempunyai manfaat ekonomi yang rendah.

Alihkan anggaran-anggaran yang ada kepada proyek-proyek yang dapat menciptakan kemandirian pangan dan energi sehingga Indonesia mempunyai ketahanan dalam menghadapi krisis pangan dan energi yang beresiko menciptakan krisis yang besar.

Pelajaran Sri Lanka dari Pandemi menuju Negara Gagal

Meski IMF sudah ada komitmen melakukan Bail Out terhadap sebagian utang Sri Lanka namun ketidaksabaran rakyat yang sudah menderita kenaikan harga sejak Januari 2022 membuat komitmen perbaikan ekonomi sia-sia.

Sekarang Sri Lanka tergantung seberapa halus (smooth) dan cepat proses transisi politik. Bila transisi kepemimpinan politik macet maka Sri Lanka akan menanggung resiko yang lebih besar lagi dimasa depan.

Tidak hanya ekonomi yang suram, masa depan negara Srilanka pun memiliki resiko tinggi untuk menjadi negara gagal. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: