Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gotabaya Rajapaksa Mundur, Pengunjuk Rasa Girang, Sri Lanka Mau Dibawa ke Mana?

Gotabaya Rajapaksa Mundur, Pengunjuk Rasa Girang, Sri Lanka Mau Dibawa ke Mana? Kredit Foto: Reuters/Andy Buchanan

Seperti apa kehidupan sekarang di Sri Lanka?

Negara ini telah mengalami krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade, setelah cadangan devisanya anjlok ke rekor terendah, dengan dolar habis untuk membayar impor penting termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.

Bagi warga Sri Lanka, krisis telah mengubah kehidupan sehari-hari mereka menjadi siklus antrean tak berujung untuk barang-barang pokok, banyak di antaranya sedang dijatah.

Terlepas dari upaya sebelumnya oleh pemerintah untuk meredakan krisis, seperti pengenalan empat hari kerja dalam seminggu, Wickremesinghe menyatakan negara itu "bangkrut" Selasa lalu.

Di beberapa kota besar termasuk ibu kota, Kolombo, penduduk yang putus asa terus mengantri untuk mendapatkan makanan dan obat-obatan, dengan laporan warga sipil bentrok dengan polisi dan militer saat mereka menunggu dalam antrean.

Pada awal Juli, Menteri Energi Kanchana Wijesekera mengatakan negara itu memiliki bahan bakar yang tersisa kurang dari satu hari.

Kereta telah berkurang frekuensinya, memaksa para pelancong untuk masuk ke kompartemen dan bahkan duduk dengan genting di atasnya saat mereka pergi bekerja.

Pasien tidak dapat melakukan perjalanan ke rumah sakit karena kekurangan bahan bakar dan harga makanan yang melonjak. Beras, makanan pokok di negara Asia Selatan, telah menghilang dari rak di banyak toko dan supermarket.

Frustrasi dan kemarahan publik meletus pada 31 Maret, ketika para demonstran melemparkan batu bata dan menyalakan api di luar kediaman pribadi Presiden.

Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan protes, dan memberlakukan jam malam 36 jam sesudahnya.

Presiden Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat publik nasional pada 1 April, memberikan wewenang kepada pihak berwenang untuk menahan orang tanpa surat perintah, dan memblokir platform media sosial.

Tetapi protes berlanjut pada hari berikutnya yang bertentangan dengan jam malam, mendorong polisi untuk menangkap ratusan demonstran.

Sekarang para pengunjuk rasa telah memaksa Presiden dan Perdana Menteri negara itu untuk mengundurkan diri.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: