Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadiri Forum Internasional, Arifin Tasrif Bongkar Rencana Indonesia Menuju NZE 2060

Hadiri Forum Internasional, Arifin Tasrif Bongkar Rencana Indonesia Menuju NZE 2060 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut rencana Indonesia dalam mengimplementasikan dekarbonisasi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

"Seperti negara lain, Indonesia dianugerahi dengan banyak sumber energi yang tersebar di seluruh negeri. Kami memiliki banyak sumber, oleh karena itu kami membutuhkan alat yang tepat untuk mencapai target NZE pada tahun 2060. Dalam jangka pendek, Indonesia berencana untuk mengimplementasikan dekarbonisasi," ujar Arifin dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (13/7/2022).

Arifin mengatakan, upaya-upaya yang dilakukan untuk menerapkan dekarbonisasi tersebut, melalui konversi energi fosil menjadi energi bersih, di mana langkah pertama yang dilakukan adalah menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel di area 3T dengan pembangkit listrik tenaga gas dan energi terbarukan. 

Baca Juga: Target Capai NZE di 2060, Indonesia Siapkan 4 Strategi dalam Mereduksi Karbon

Upaya selanjutnya adalah melaksanakan pilot project untuk teknologi carbon capture, konversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik, pemanfaatan peralatan rumah tangga listrik, dan implementasi retirement pembangkit batu bara.

Di sisi lain, teknologi solar photovoltaik juga penting untuk dikembangkan guna meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia. Industri pendukung diperlukan untuk pengembangan ini dalam rangka meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri. 

Selain itu, sumber daya untuk mendukung roadmap transisi energi juga berasal dari sumber daya mineral, antara lain nikel, tembaga, bauksit, mangan, timah, dan banyak lagi.

"Pemerintah memprioritaskan peningkatan nilai tambah mineral tersebut. Misalnya nikel dan kobalt sebagai bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik dan sebagai penyimpan pembangkit listrik energi terbarukan," ujarnya.

Lanjutnya, Arifin mengatakan tantangan dalam transisi energi, khususnya saat pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi yang signifikan karena larangan bepergian pada awal tahun 2020. Selain itu, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina juga memicu kenaikan harga minyak dunia, dan diikuti oleh kenaikan harga bahan-bahan pokok.

Arifin juga mengatakan bahwa Sydney Energy Forum akan menjadi kekuatan untuk mendorong kemitraan energi di kawasan Indo-Pasifik.

"Secara geografis negara-negara di kawasan di Indo-Pasifik terhubung melalui laut. Oleh karena itu perlu dipikirkan kerja sama energi seperti apa yang dapat dilaksanakan dalam waktu dekat, misalnya transmisi interkoneksi melalui pemasangan kabel bawah laut atau pengembangan industri hidrogen hijau sebagai bentuk kerja sama yang berkelanjutan dan konkrit," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: