Keterlaluan! Gara-gara Rajapaksa Kabur, Penjabat Presiden Minta Militer Pakai Kekuatan, Syukurlah Angkatan Darat Bilang...
Tentara Sri Lanka telah menolak instruksi dari penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe untuk menggunakan kekerasan terhadap para pemrotes. Instruksi itu diberikan setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa.
Pengangkatan Ranil Wickremesinghe sebagai penjabat presiden negara yang bermasalah itu juga telah menambah kemarahan publik seperti yang terlihat di jalan-jalan pada Rabu (13/7/2022) dengan massa yang mencoba memasuki Parlemen dan kediaman resmi perdana menteri.
Baca Juga: 10 Poin Perkembangan Krisis Ekonomi Sri Lanka Usai Gotabaya Rajapaksa Kabur
Setelah Ranil memberlakukan jam malam nasional dengan bantuan Angkatan Darat Sri Lanka, dia juga meminta pasukan keamanan untuk menggunakan kekuatan untuk memadamkan protes, lapor Hindustan Times.
Ini ditolak oleh militer Sri Lanka karena mereka tidak ingin diri mereka terlihat sebagai anti-rakyat, yang sekarang kekurangan makanan dan bahan bakar berkat pemborosan klan Rajapaksa.
Didesak oleh komandan tri-kekuatan, para pemimpin partai politik bertemu pada Selasa (12/7/2022) dan mengeluarkan resolusi suara bulat menuntut pengunduran diri Ranil sebagai penjabat Presiden.
Yang terakhir di pihaknya mengeluarkan pernyataan lain yang mengatakan bahwa dia akan mengundurkan diri hanya setelah pemimpin baru yang dapat diterima semua pihak ditunjuk. Ia juga menugaskan aparat keamanan untuk melindungi lembaga-lembaga negara dan menggunakan kekuatan jika perlu untuk mengendalikan situasi hukum dan ketertiban.
Aparat keamanan menolak menggunakan kekerasan ekstrem terhadap penduduk sipil. Mengingat tidak ada partai politik yang memiliki jumlah suara bulat untuk mengamankan suara untuk Presiden berikutnya, cukup jelas bahwa klan Rajapaksa akan melakukan manuver politik Ranil untuk mempertahankan posisi teratas untuk saat ini.
Mengingat kemarahan publik atas Gotabaya karena mendorong Ranil di Sri Lanka sebagai penjabat presiden, situasi hukum dan ketertiban di negara kepulauan itu akan tetap gelisah karena tidak ada pemimpin lain yang ingin masuk ke kekacauan ekonomi dan politik yang diciptakan oleh klan Rajapaksa.
Satu-satunya jawaban untuk situasi saat ini tampaknya adalah pemilihan umum dini di bawah penjabat presiden non-partisan yang tidak memiliki hubungan dengan Rajapaksa yang dipermalukan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: