Biden Bahas Pembunuhan Khashoggi, Dibalas Kontan Pangeran MBS: Borok Amerika Gak Bisa Ditutupi
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengangkat masalah pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi di depan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS). Topik ini menjadi salah satu bahan dialog antara Washington dan Riyadh, ditambah dengan masalah lain meliputi harga minyak yang tinggi dan perang Yaman.
Dilansir dari Reuters, Biden mengatakan kepada MbS bahwa ia menganggapnya bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, tak lama setelah mereka bersitegang.
Baca Juga: Dukungan Biden ke Palestina Masih Panjang, tapi Gak Tahu Cara Bujuk Damai Israel
"Presiden mengangkat masalah ini. Putra mahkota pun menjawab itu peristiwa yang menyakitkan bagi Arab Saudi sekaligus borok mengerikan. Para tertuduh telah diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman penjara," terang Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir.
Badan intelijen AS yakin putra mahkota memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Tuduhan ini sontak dibantahnya.
Menurut Jubeir, jika MbS menangani kasus itu dengan menerapkan nilai-nilai yang dipaksakan oleh negara lain, itu akan menjadi bumerang.
"Ketika AS mencoba memaksakan nilai-nilainya di Afganistan dan Irak, itu tak berhasil dan malah menjadi bumerang. Jika orang mencoba memaksakan nilai-nilainya pada negara lain, itu tak berhasil. Setiap negara punya nilai yang berbeda dan nilai-nilai itu harus dihormati," ungkap Jubeir dengan mengutip ucapan MbS kepada Biden.
Sehari setelahnya, Biden mengadakan KTT dengan 6 negara Teluk dan Mesir, Yordania, serta Irak sambil meremehkan pertemuannya dengan MbS. Pertemuan itu telah menuai kritik di dalam negeri atas pelanggaran HAM.
Orang nomor satu di AS itu telah bersumpah akan menjadikan Arab Saudi sebagai 'paria' di panggung global akibat pembunuhan Khashoggi pada 2018. Namun, pada akhirnya, ia memutuskan meningkatkan hubungan dengan pengekspor minyak utama dunia itu demi kepentingan AS.
Setelah KTT, para pemimpin berkumpul untuk foto bersama. Dalam momen itu, Biden menjaga jarak dari MbS.
"Yang Mulia mengatakan kepada Presiden bahwa borok seperti ini juga terjadi di negara lain. Kami pun melihat borok seperti ini dilakukan oleh AS di Abu Ghraib (penjara di Irak)," tambah Jubeir.
MbS balas menyinggung soal pembunuhan jurnalis Palestina-AS, Shireen Abu Akleh, selama serangan Israel di Tepi Barat. Bertugas untuk jaringan Al Jazeera, Abu Akleh ditembak di kepala pada 11 Mei saat melaporkan serangan Israel di Kota Jenin, Tepi Barat.
Warga Palestina yakin ia sengaja dibunuh oleh pasukan Israel. Namun, Israel menyangkal tentaranya sengaja menembaknya. Israel berdalih ia mungkin tewas tertembak peluru nyasar atau ditembak seorang pria Palestina bersenjata.
Selain itu, Jubeir membantah tuduhan bahwa Arab Saudi memiliki ratusan tahanan politik.
"Itu sama sekali tak benar. Tahanan di Arab Saudi telah melakukan kejahatan, diadili oleh pengadilan kami, dan dinyatakan bersalah. Itu pemikiran konyol bahwa mereka akan digambarkan sebagai tahanan politik," sangkalnya.
Washington telah melunakkan sikapnya terhadap Arab Saudi sejak Rusia menginvasi Ukraina awal tahun ini yang memicu salah satu krisis pasokan energi terburuk di dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto