Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gelombang Inflasi Dunia, Indonesia Masih Mampu Meredam Tekanan Inflasi, Tapi...

Gelombang Inflasi Dunia, Indonesia Masih Mampu Meredam Tekanan Inflasi, Tapi... Kredit Foto: Antara/ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gelombang besar inflasi di dunia akibat adanya eskalasi geopolitik di Eropa Timur dinilai tidak akan terlalu berdampak besar terhadap angka inflasi di Indonesia.

Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic International Studies (CSIS), Fajar B Hirawan menilai Indonesia masih akan mampu menjaga inflasi tetap aman dalam jangka waktu setidaknya tiga bulan ke depan.

"Dalam jangka pendek, 2-3 bulan ke depan, kita tampaknya masih dapat meredam tekanan inflasi yang datang, baik dari luar maupun dalam negeri," ujar Fajar saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Senin (18/7/2022).

Baca Juga: Inflasi Global Akan Berkepanjangan, Diprediksi Terjadi hingga Tahun 2023

Meskipun tidak akan berdampak secara signifikan, namun gelombang inflasi yang sedang terjadi akan berpengaruh terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Pasalnya, asumsi dasar APBN terkait harga minyak dan nilai tukar menjadi tidak sesuai atau meleset dari perkiraan. Maka dari itu, Fajar menilai langkah taktis yang bisa dilakukan adalah dengan segera membenahi pengeluaran negara.

"Yang low-hanging friuit yaitu sektor perminyakan kita, khususnya BBM bersubsidi. Meskipun begitu, kebijakan bantuan sosial tetap harus diimplementasikan agar efek inflasi mampu diredam, khususnya bagi masyarakat berpendapatan menengah ke bawah atau miskin," ujarnya.

Fajar mengatakan, saat ini APBN Indonesia masih dapat menopang karena adanya windfall profit dari penerimaan pajak ekspor komoditas yang harganya juga cenderung meningkat.

"Namun, kondisi ini tampaknya tidak bertahan lama dan pemerintah perlu segera melakukan penyesuaian kebijakan fiskalnya, khususnya di pengeluaran tadi," ungkapnya.

Ancaman Resesi

Dengan adanya inflasi yang tidak terkontrol di beberapa negara dan potensi resesi di dunia, ia meyakini Indonesia akan terhindar dari resesi, meskipun dengan kewaspadaan yang harus ditingkatkan.

"Yang jelas, BI dan Kementerian Keuangan sepertinya benar-benar menjaga stabilitas inflasi domestik di kisaran targetnya 3 persen +/- 1 persen (yoy). Dan yang dijaga adalah memang inflasi inti yang dipengaruhi oleh harga-harga yang diatur pemerintah (administered price)," ujar Fajar.

Lanjutnya, semuanya bergantung pada sampai kapan Rusia dan Ukraina berperang. Dia berharap September 2022 sudah ada gencatan senjata dan rekonsiliasi perdamaian, sehingga target inflasi maksimal 4 persen (yoy) tercapai.

"Akan tetapi, jika perang terus berkecamuk dan inflasi global juga terus meningkat, saya rasa di 2022 ini inflasi domestik bisa mencapai di atas 4 persen (yoy). Namun, secara overall, jika mobilitas tidak kembali dibatasi, sehingga optimisme konsumsi tetap terjaga (IKK di atas 100) dan sektor industri manufaktur tetap ekspansif (PMI di atas 50), Indonesia akan terhindar dari ancaman resesi," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: