Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kuat Caci Maki, Anies Baswedan Gak Beda Jauh Sama Jokowi

Kuat Caci Maki, Anies Baswedan Gak Beda Jauh Sama Jokowi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa para The Jak Mania yaitu pendukung klub sepak bola Persija Jakarta usai meresmikan Stadion Jakarta International Stadium (JIS) di Jakarta, Minggu( 24/7/2022). JIS merupakan stadion sepak bola berstandar international yang dibangun mulai 14 Maret 2019 dengan daya tampung 82.000 penonton dengan dana pembangunan sebesar Rp5 triliun tersebut, resmi digunakan dan untuk sarana latihan tim sepak bola Persija Jakarta. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil Survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ) mengatakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan jadi tokoh paling banyak diperbincangkan diantara tokoh Pilpres 2024.

Masalahnya, dirinya mendapat sentimen negatif paling tinggi di media sosial. Walaupun beigtu, namanya malah makin populer.

Baca Juga: Pagar Pembatas JIS Sekali Pakai Malah Ambruk, "Anies Baswedan Lebih Bodoh dari Firaun?"

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan Anies harus mampu mengkonversikan sentimen negatif termasuk ke sisinya untuk menjadi sesuatu yang positif.

Tokoh yang mendapat peperangan opini di publik seperti Anies menunjukkan preferensi publik telah mengerucut. Dengan popularitas yang tinggi ini, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu bisa membalikkan sentimen negatif kepada sentimen positif yang menguntungkan.

“Apalagi jika sentimen negatif ini hanya propaganda tak berdasar,” ucapnya.

Sejauh ini, dampak media sosial hanya sebatas propaganda. Tidak berdampak signifikan pada elektoral. Dedi mencontohkan Pemilu 2019, banyak serangan publik mengarah ke pribadi Presiden Jokowi.

Baca Juga: Anies Baswedan Dilumat Habis Gegara Robohnya Pagar Pembatas JIS, Coba Jokowi, Berani?

Namun, secara elektabilitas, serangan itu mentah dan Jokowi terpilih kembali sebagai pemenang. “Kurang massif apa sentimen negatif kepada Jokowi. Mungkin, opini dan sentimen di media sosial jadi pertimbangan partai politik untuk memilih. Tetapi bukan jadi acuan utama,” ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: