Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waspada Kejahatan Siber Saat WFA, Ini Laporan Kaspersky terkait Ancaman Online

Waspada Kejahatan Siber Saat WFA, Ini Laporan Kaspersky terkait Ancaman Online Kredit Foto: Unsplash
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, merilis analisis ancaman terbarunya bagi Indonesia untuk membidik risiko yang ada secara online dan offline dan bagaimana bisnis, individu, dan lembaga pemerintah dapat memerangi kejahatan siber ini sambil merangkul tren digital seperti WFA (bekerja dari mana saja).

Melansir dari keterangan resminya, menurut data statistik terakhir Kaspersky, Rabu (27/7/2022), sebanyak 11,083,474 ancaman online di internet berhasil diblokir oleh komputer dari peserta KSN di Indonesia selama periode April hingga Juni tahun ini.

Penurunan ancaman online di kuartal ke-dua 2022

Selama periode ini, produk Kaspersky mendeteksi 11.083.474 ancaman siber dalam komputer peserta KSN di Indonesia. Secara keseluruhan, sebesar 25,2% dari pengguna terserang ancaman online yang bersumber dari situs di periode ini. Hal ini menempatkan Indonesia dalam peringkat ke-69 di seluruh dunia dalam hal ancaman yang diasosiasikan dari berselancar di internet.

Baca Juga: Waspada, Penjahat Siber Sasar Penggemar Stranger Things untuk Curi Uang

Kabar baiknya, angka ini menurun dibandingkan tahun lalu di periode yang sama, dengan total 18.488.946 deteksi ancaman. Angka ini juga terlihat menurun sebesar 6,09% dibandingkan 11.802.558 deteksi di kuartal pertama tahun 2022.

Eksploitasi kerentanan di browser, plugin (unduh dengan drive) dan rekayasa sosial masih merupakan metode utama bagi pelaku kejahatan siber untuk menembus sistem secara berbahaya.

Turut menurunnya deteksi dari ancaman lokal

Kecenderungan yang sama ditemukan pada malware yang menyebar melalui perangkat yang dapat dilepas (removable drive), USB, CD dan DVD, dan metode offline. Selama kuartal kedua tahun ini, produk Kaspersky mendeteksi 13.533.656 insiden lokal di peserta KSN di Indonesia.

Sekitar 24,71% pengguna di Indonesia telah terekspos oleh ancaman online lokal selama periode ini. Hal ini menunjukkan penurunan sebesar 17,8% dibandingkan dengan 17.975.442 deteksi pada periode yang sama tahun lalu dan juga menempatkan Indonesia pada posisi ke-66 dunia dalam hal ancaman lokal.

Selain itu, sedikit penurunan sebesar 3,66% juga terlihat jika dibandingkan dengan 14.047.376 deteksi selama periode Januari-Maret 2022 (kuartal pertama 2022). Terlepas dari hasil yang tampaknya baik untuk kuartal kedua, perlu dicatat bahwa kualitas dan dampak serangan semakin meningkat.

General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, Yeo Siang Tiong mengatakan penurunan dalam ancaman online dan offline terdeteksi di Indonesia seharusnya tidak dijadikan alasan untuk berhenti waspada.

"Kita harus selalu memperhatikan, terutama ketika tren WFA marak, menjadikan kita semakin bergantung kepada internet. Yang juga sebaliknya, mengekspos kita dengan potensi risiko berbahaya, serta meningkatkan kemungkinan kerusakan jika terjadi serangan,” komentar Yeo Siang Tiong, 

Ia menuturkan awal tahun ini, pelaku kejahatan siber terus menunjukkan seberapa sering mereka menggunakan teknik brute-forcing passwords untuk mendapatkan akses tidak sah ke berbagai layanan jaringan. Menurut prediksi dari ahli Kaspersky, pelaku kejahatan siber sering memperpendek siklus dari malware yang digunakan.

Sampel berbahaya tertentu dapat digunakan terhadap sekumpulan target yang sangat terbatas dan hanya aktif selama beberapa minggu pada efektivitas puncaknya, kemudian build baru dirilis untuk melewati deteksi. Kemampuannya untuk menghindari deteksi membuat adopsi penggunaan teknologi dan perlindungan keamanan lebih dibutuhkan dari sebelumnya.

“Sistem kerja fleksibel pasti meningkatkan kepuasan pekerja, produktifitas internal, bahkan menghasilkan insentif finansial yang menarik. Di sisi lain, peningkatan serangan siber menjadikan banyaknya celah bagi pelaku kejahatan siber untuk membobol keamanan perangkat. Organisasi perlu membangun strategi konkret serta inisiatif dalam mempertahankan keamanan perusahaan,” tutup Yeo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: