Kawal Pengungkapan Kematian Brigadir J, Pesan Devie Rahmawati: Kasus Ini Jelas Berangkat dari Opini yang Sengkarut
Kasus kematian Brigadir Nopransyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dalam peristiwa baku tembak di kediaman Eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo mendapat sorotan tajam dari publik. Beragam komentar pun mewarnai jalannya proses penyidikan kasus tersebut, baik positif maupun negatif.
Merespons hal ini, Founder KlinikDigital.org, Devie Rahmawati mengingatkan publik untuk tidak terjebak dalam arus informasi terkait pengungkapan kejadian naas yang terjadi pada Jumat (8/7/2022).
Baca Juga: Polri Buktikan Komitmetnya Soal Kasus Brigadir J, Jenderal Listyo Berikan Pesan Penting, Simak!
Berbagai informasi beredar di media sosial tak terbendung. Devie mengatakan tak bisa dipungkiri informasi di media sosial bergerak cepat dalam kasus Brigadir J dengan minimnya data dan fakta dari penyelidikan menyeluruh
"Dalam konteks kasus Brigadir J, awal viralnya kasus ini jelas berangkat dari opini yang begitu sengkarut. Justifikasi yang santer pada awal sebuah kasus yang digiring opini publik, tak jarang memberikan dampak negatif orang yang tidak bersalah," kata Devie di Jakarta pada Selasa (26/7/2022).
Saat ini, kata dia, proses penyelidikan kasus Brigadir J terus berlangsung dengan mengumpulkan fakta dan data yang sebenarnya. Komnas HAM juga sempat menyampaikan ada kejanggalan dari pengungkapan kasus Brigadir J tersebut.
Namun, Devie meminta semua pihak tetap menunggu hasil penyelidikan ini hingga tuntas. Dia khawatir tuduhan dan opini yang liar tanpa bukti bisa merusak reputasi banyak pihak.
"Akan menjadi bijak, bila kita semua mengawal terus kasus Brigadir J. Berbagai kasus yang viral lainnya di media sosial dengan pikiran terbuka, dan memberikan kesempatan para ahli yang sesuai kompetensinya untuk mengumpulkan data-data objektif," sambungnya.
Menurutnya, tidak semua informasi di media sosial menjadi berkah, justru sebagian menjadi bencana yang diwarnai banyak prasangka. Dia tak menampik, memang pergeseran informasi sangat cepat saat ini. Terdapat juga informasi-informasi yang positif dan membangun.
"Tetapi sering juga kita temui informasi yang tidak bermanfaat, bahkan opini tidak berimbang. Gulungan informasi viral menjadi alat untuk menjustifikasi sebuah pembenaran yang terus disebarkan, dan justru mengaburkan kebenaran," ujarnya.
Devie mengingatkan publik bahwa media sosial menciptakan ruang tanpa tuan dan tanpa batas, yang memungkinkan setiap pengguna beraksi bebas kadang hingga kebablasan. Oleh karena itu, publik harus bisa menyaring berbagai informasi yang beredar.
Baca Juga: Sesuai Arahan Jokowi dan Komitmen Jenderal Listyo, Polri Pasti Usut Tuntas Kasus Brigadir J
"Dari beberapa kasus viral di media sosial, tak jarang tuduhan-tuduhan yang berujung kesalahan. Jari-jari netizen yang pada awal kasus viral pun tidak terkena pertanggungjawaban," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: