Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harus Bijak Ya: Rekam Jejak Digital Mudah Diduplikasi, Tapi Susah Dilenyapkan

Harus Bijak Ya: Rekam Jejak Digital Mudah Diduplikasi, Tapi Susah Dilenyapkan Kredit Foto: Unsplash/Muhammad Raufan Yusup
Warta Ekonomi, Blitar -

Pemetaan kebiasaan dapat mudah dilakukan di era teknologi yang makin canggih. Hal itu dilakukan hanya dengan membaca jejak yang ditinggalkan seseorang di aktivitas digital

Misalnya dari hal yang sederhana, seperti mesin pencarian Google dan Google Maps, pola keseharian setiap orang menjadi mudah dipelajari pihak lain.

Kemudahan teknologi memiliki sisi yang perlu diwaspadai. Yakni jejak-jejak di dunia digital. Unggahan foto atau status, konten, blog, vlog, komentar, riwayat pencarian, transaksi belanja, riwayat email, riwayat telepon, dan video call. Data-data ini merupakan jejak digital yang ditinggalkan pengguna media digital secara sadar maupun tidak sadar. 

Baca Juga: Literasi Keuangan Sudah Banyak Tapi Tak Efektif, OJK Diminta untuk Evaluasi

“Jejak digital adalah rekam atau bukti yang ditinggalkan setelah beraktivitas di internet yang berpotensi untuk dicari, dilihat, disalin, dicuri, dipublikasikan, dan diikuti orang lain. Jejak digital dapat membentuk citra diri seseorang. Jejak digital buruk dapat merugikan diri sendiri,” kata Ketua RTIK Kab. Ngawi, Fetty Kurnia saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Jumat (29/7).

Rekam jejak digital bersifat abadi. Apalagi postingan kontroversial, pasti sudah ada akun lain yang sudah capture dan menyimpannya. Sehingga terkadang rekam jejak digital menimbulkan masalah pada kemudian hari.

Rekam jejak menjadi profil diri selama berselancar di media digital. Sebab itu, setiap individu perlu merawatnya dengan melakukan pengecekan berkala. Terpenting selalu membuat konten positif.

“Berpikir kritis sebelum posting. Apapun yang sudah disebarkan di ruang digital mudah diduplikasi dan disebarluaskan, tapi sulit dilenyapkan sekalipun sudah dihapus,” ujar Fetty.

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.

Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain R CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick. Kemudian Ketua RTIK Kab. Ngawi, Fetty Kurnia, serta Dosen Ilmu Komunikasi UNIDA Gontor dan Japelidi, Bambang Setyo Utomo M.I.Kom.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: