Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian mendorong agar universitas di Indonesia harus memperkuat sisi kualitas dalam pemeringkatan global, bukan hanya dari segi kuantitas. Menurut Andre, universitas bukan hanya tentang link and match dunia kerja tapi juga tempat menghasilkan para pemikir dan periset handal.
“Kami mendorong agar universitas-universitas di Indonesia, khususnya UI untuk memperhatikan juga segi kualitas yang dianggap penting dalam pemeringkatan seperti misalnya rasio dosen mahasiswa, sitasi karya ilmiah, dan persepsi dunia kerja,” ungkap Andre dalam sambutannya pada acara Lembaga Forum Diskusi Salemba (FDS) ILUNI UI dengan tema “Universitas Indonesia sebagai Penggerak Peringkat Perguruan Tinggi Indonesia di Kawasan ASEAN”, di Kampus UI Salemba, Sabtu sore (6/8/2022)
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Keuangan untuk Milenial, Pluang Berkolaborasi dengan ILUNI UI
Kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa narasumber seperti Dr. Lukman, S.T., M.Hum. Direktur Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, F. Astha Ekadiyanto, direktur Center for Independent Learning (CIL) Universitas Indonesia, Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T., M.Kom., Guru Besar Universitas Indonesia dan Dr. Muhammad Rahmat Yananda (Ketua ILUNI UI).
Salah satu isu dan permasalahan yang hendak dikaji adalah tentang pemeringkatan perguruan tinggi Indonesia di kancah global. Pada kesempatan tersebut, Andre menyoroti ketertinggalan yang saat ini masih dihadapi oleh perguruan tinggi di dalam negeri jika dibandingkan perguruan tinggi negara-negara tetangga di ASEAN.
Berdasarkan data CWUR 2023-2022 menempatkan UI sebagai peringkat 1 nasional dan peringkat 1.553 dunia. Sementara, beberapa perguruan tinggi di ASEAN seperti Putra University di Malaysia, Chulalongkorn University di Thailand, dan Asian Institute Management di Filipina berada di atas peringkat global perguruan tinggi Indonesia.
“Oleh karena itu, kami mendorong agar universitas-universitas di Indonesia, khususnya UI untuk memperhatikan juga segi kualitas yang dianggap penting dalam pemeringkatan di kawasan Asia Tenggara, seperti misalnya dalam rasio dosen mahasiswa, sitasi karya ilmiah, dan hasil riset,” tegas Andre.
Adapun, Ketua Harian ILUNI UI Muhammad Rahmat Yananda menjelaskan pemeringkatan perguruan tinggi terutama di tingkat global memiliki pengaruh cukup signifikan dan krusial tetapi merupakan fenomena old nornal.
Pemeringkatan tersebut masih menjadi acuan tetapi mungkin tidak lagi signifikan. Krisis Covid-19 telah membuka mata banyak pihak bahwa misi ketiga perguruan tinggi untuk dapat berkontribusi kepada masyarakat lebih ditunggu. Misalnya peran perguruan tinggi dalam perubahan iklim lebih relevan.
”Ini adalah fenomena new normal,” kata Rahmat.
Rahmat juga melihat potensi perubahan indikator pemeringkatan. Ia menilai hal itu, sejalan dengan pengaruh revolusi digital dalam pengajaran, maka indikator pengajaran daring akan mendapatkan perhatian tinggi.
"Webometric telah memelopori pemeringkatan terkait dengan teknologi internet. Dan ke depan akan lebih signifikan, “ kata Rahmat.
Covid-19 menjadi game changer untuk pendidikan tinggi. Perguruan tinggi perlu menyusun skenario masa depan yang menyertakan peran perguruan tinggi di dalamnya, yang juga terkait dengan evaluasi/pemeringkatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Aldi Ginastiar