Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Adopsi Pembayaran Digital di Asia Pasifik Tertinggi Dibandingkan Amerika Utara dan Eropa

Adopsi Pembayaran Digital di Asia Pasifik Tertinggi Dibandingkan Amerika Utara dan Eropa Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi COVID-19 yang terjadi selama beberapa tahun ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adopsi pembayaran digital meningkat dengan pesat. Sebuah survei Mastercard mencatat dalam sebuah laporan New Payments Index (NPI) tahunannya yang kedua bahwa konsumen di kawasan Asia Pasifik menjadi salah satu pengguna pembayaran digital dengan antusiame yang paling tinggi di dunia.

Survei konsumen yang dilakukan mencakup 40 pasar di lima wilayah, termasuk tujuh negara di Asia Pasifik, yaitu Australia, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Thailand, dan Vietnam. Hasilnya, dalam kebiasaan, sikap, dan preferensi pembayarab, sebanyak 88% konsumen di Asia Paifik telah menggunakan teknologi seperti dompet digital, kode QR, Buy Now Pay Later (BNPL), mata uang kripto, biometrik, dan teknologi pembayaran lainnya.

Selain itu, sebanyak 69% konsumen juga menambah penggunaan setidaknya satu metode pembayaran digital dalam periode yang sama.

Baca Juga: Pemerintah Targetkan 70% Masyarakat Gunakan KTP Digital

Presentase ini cukup besar dibandingkan dengan preferensi pembayaran digital konsumen di Amerika Utara yang hanya mencapai 52% dan di Eropa yang mencapai 48% saja. Tidak hanya itu, sebanyak 40% responden di Asia Pasifik juga mengatakan bahwa mereka telah mengurangi penggunaan uang tunai pada tahun lalu.

Executive Vice President, Products & Innovation, Asia Pasific, Mastercard, Sandeep Malhotra mengatakan, konsumen di kawasan Asia Pasifik secara konsisten telah menunjukkan keingian untuk mengadopsi teknologi baru yang inovatif–tidak terkecuali pembayaran.

"Mengingat pilihan pembayaran terus berkembang dengan cepat, ditambah dengan ketidakpastian iklim global dalam bidang sosial-ekonomi, kesehatan dan politik saat ini, penting bagi bank, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya yang ada dalam ekosistem keuangan untuk secara proaktif mendukung pengembangan berkelanjutan dari metode pembayaran  baru ini,” tuturnya dalam keterangan media, Senin (29/8/2022).

Lebih lanjut, Malhotra menambahkan dukungan perkembangan berkelanjutan dapat direalisasikan melalui regulasi, peningkatan keamanan, serta edukasi konsumen. Dengan jaminan yang seperti ini, ke depannya adopsi teknologi pembayaran akan berkembang secara luas di kawasan Asia Pasifik.

Namun, meskipun kini pembayaran digital telah menjadi suatu tren di antara konsumen di Asia Pasifik, berdasarkan laporan yang ada, ada banyak konsumen yang merasa khawatir, terutama dalam permasalahan privasi pada sistem biometrik seperti sidik jari atau pengenalan wajah. Kekhawatiran ini terutama merujuk pada entitas mana saja yang memiliki akses ke dalam data konsumen.

Tidak hanya itu, rupanya, tren Buy Now Pay Later (BNPL) yang dilakukan oleh konsumen kawasan Asia Pasifik juga cukup tinggi. Sebanyak 50% konsumen mengatakan mereka nyaman menggunakan BNPL. Secara khusus, mereka memanfaatkan penawaran BNPL untuk pembayaran bunga rendah/tanpa bunga pada saat darurat saat mereka ingin melakukan pembelian yang besar dengan lebih cepat. 55% responden juga mengatakan mereka mungkin akan menggunakan BNPL di tahun depan.

Tren lain dalam pembayaran yang kini sedang mulai dinikmati konsumen adalah mengguna mata uang dan aset digital seperti kripto dan non-fungible token (NFT) yang kini mulai diadopsi secara bertahap oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Tantangan terbesar yang dihadapi dalam preferensi pembayaran ini dan adopsi kripto atau NFT sebagian besar adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan yang mendalam dari konsumen. Para responden berpendapat pemerintah dan lembaga berwenang perlu terlibat lebih jauh dalam hal ini untuk memberikan dukungan pada konsumen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: