Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lebih dari 80 Rakyat Palestina Mati Syahid Gara-gara Aksi Brutal Militer Israel

Lebih dari 80 Rakyat Palestina Mati Syahid Gara-gara Aksi Brutal Militer Israel Kredit Foto: Instagram/Israel
Warta Ekonomi, Ramallah, Tepi Barat -

Serangan yang dilakukan militer Israel sepanjang tahun ini sedikitnya menewaskan 85 warga Palestina di Tepi Barat. Serangannya disebut paling mematikan sejak 2016 karena dilakukan pada malam hari di kota-kota dan desa-desa.

Militer mengatakan, sebagian besar warga Palestina yang tewas adalah militan atau pelempar batu yang membahayakan tentara. 

Baca Juga: Game Over buat Israel! Program Nuklir Iran Capai Titik Kemajuan yang Gak Bisa Disabotase

Korban tewas lainnya termasuk seorang jurnalis veteran dan seorang pengacara yang tampaknya tanpa sadar mengemudi ke zona pertempuran, serta pemuda setempat yang turun ke jalan sebagai tanggapan atas invasi lingkungan mereka. 

Pasukan Israel secara teratur beroperasi di Tepi Barat sejak merebut wilayah itu pada 1967. Israel mengatakan, mereka sedang membongkar jaringan militan yang mengancam warganya. 

Israel mengklaim mereka berupaya menghindari melukai warga sipil dalam serangan. Sementara warga Palestina mengatakan, serangan itu bertujuan mempertahankan kekuasaan militer Israel selama 55 tahun atas wilayah yang mereka inginkan untuk negara masa depan. 

Israel meningkatkan operasi pada musim semi lalu, setelah terjadi serangkaian serangan mematikan oleh warga Palestina terhadap warga Israel yang menewaskan 17 orang. 

Beberapa serangan dilakukan militan dari Tepi Barat. Tidak ada serangan mematikan sejak Mei, tetapi operasi militer Israel tanpa henti terus berlanjut. 

Kementerian Kesehatan Palestina telah melaporkan 85 warga Palestina terbunuh oleh pasukan keamanan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem timur. 

Menurut data tahunan yang dikumpulkan oleh kelompok hak asasi manusia Israel, B'Tselem, ini adalah jumlah korban tertinggi sejak 2016.

Korban tewas termasuk 17 remaja di bawah usia 18 tahun, serta enam wanita. Israel mengatakan, remaja dan wanita sering terlibat dalam kekerasan. Sementara para kritikus menuduh tentara menggunakan kekuatan berlebihan. 

Israel juga menahan lebih dari 600 warga Palestina tanpa tuduhan atau pengadilan yang dikenal sebagai penahanan administratif. Jumlah tahanan ini adalah yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.  

Seorang pensiunan jenderal Israel yang sekarang menjabat sebagai Kepala Forum Pertahanan dan Keamanan Israel, Amir Avivi, mengatakan ecepatan operasi yang meningkat adalah hasil dari gelombang serangan dan penolakan Otoritas Palestina untuk menindak militan di wilayah yang dikelolanya.

Sementara kelompok hak asasi mengatakan, beberapa misi Israel bertujuan untuk memerangi ancaman tertentu. Sementara misi yang lain bertujuan sebagai unjuk kekuatan, atau melindungi populasi pemukim Yahudi yang terus bertambah. 

Kepala Breaking the Silence, sebuah kelompok Israel yang menentang pendudukan dan mengumpulkan kesaksian dari mantan tentara Israel, Ori Givati, mengatakan, beberapa tentara melakukan penangkapan palsu. 

Tentara bersenjata lengkap menyerang sebuah rumah di tengah malam dengan tujuan untuk pelatihan. 

Bahkan menurut Givati, pasukan Israel menggelar operasi “stimulus dan respons”. Dalam operasi tersebut, pasukan Israel berguling-guling di daerah Palestina.  

Terkadang mereka menyalakan lampu dan pengeras suara, berharap dapat memancing pelempar batu atau pria bersenjata keluar ke jalan-jalan, sehingga pasukan Israel dapat menangkap atau menghadapi mereka. 

“Cara kami menduduki Palestina adalah dengan menciptakan lebih banyak gesekan, membuat kehadiran kami terasa. Kami menyerbu kota mereka, desa mereka, dan rumah mereka," ujar Givati. 

Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel membantah tuduhan Givati. Pasuka  Israel mengatakan, mereka bertindak karena ada operasi teroris yang menimbulkan ancaman keamanan di Israel dan wilayah pendudukan Tepi Barat. 

Israel mengatakan, mereka sedang menyelidiki dugaan bahwa pasukan Israel membunuh warga sipil. 

Tetapi kelompok-kelompok hak asasi mengatakan, sebagian besar dari penyelidikan itu diam-diam telah ditutup dan tentara Israel jarang menghadapi sanksi serius. 

Namun ada dua kasus yang menjadi sorotan yaitu pembunuhan jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh yang ditembak oleh pasukan Israel.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: