Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wow! Uang Gak Sedikit Ini Dijanjikan Rusia Jika Para Pemuda Mau Gabung Militer buat Berperang

Wow! Uang Gak Sedikit Ini Dijanjikan Rusia Jika Para Pemuda Mau Gabung Militer buat Berperang Kredit Foto: Reuters/Stringer
Warta Ekonomi, Moskow -

Sejumlah kota di Rusia tengah diriuhkan oleh pengeras suara yang dipasang di tiang-tiang tinggi di jalanan utama. 

Salah satunya Kota Volosovo, lagu-lagu patriotik biasanya diputar saat hari libur nasional, namun kali ini dimainkan dengan tujuan berbeda.

Baca Juga: Diiming-imingi Rp2,5 Juta Per Orang, Pengungsi Ukraina di Rusia Bisa Lebih Dekat ke Putin

"Dua batalion artileri sukarelawan sedang dibentuk. Kami mengundang pria berusia 18 sampai 60 tahun untuk bergabung," kata pembicara lewat pengeras suara itu.

Pesan tersebut terus diulang-ulang di Rusia. Lewat media sosial, televisi, serta di papan reklame, para pemuda didesak menandatangani kontrak jangka pendek untuk bergabung dengan militer dan berperang di Ukraina.

Otoritas Rusia, yang dihadapkan dengan kehilangan signifikan akibat konflik, tengah berupaya merekrut tentara-tentara baru.

Saya mencegat seorang pria di sebuah jalan di Volsovo dan bertanya apakah dia mendukung perekrutan sukarelawan itu.

"Iya! Kalau saya masih muda, saya akan bergabung, tapi sekarang saya sudah terlalu tua," kata pria itu sambil mengepalkan tinjunya. "Kami harus mengebom mereka!"

Namun banyak pula orang di kota itu yang tampak kurang antusias.

"(Perang) terlalu menyakitkan untuk dibicarakan," keluh seorang perempuan. "Membunuh saudara sendiri itu salah."

Saya bertanya bagaimana jika salah satu kerabatnya bersedia bergabung.

"Kenapa harus pergi? Hanya jasad mereka yang akan pulang." Dan banyak orang memang kembali tanpa nyawa.

Meski Moskow tidak merilis data, namun pejabat-pejabat Barat memperkirakan 70.000 sampai 80.000 tentara Rusia telah tewas atau terluka sejak invasi dimulai enam bulan lalu.

Demi menarik rekrutan baru, otoritas menawarkan uang berjumlah besar, sebidang tanah, serta sekolah premium untuk anak-anak mereka.

Perekrut bahkan mengunjungi penjara-penjara di Rusia untuk mengajak narapidana bergabung dengan iming-iming kebebasan dan uang.

Wartawan investigasi Roman Dobrokhotov mengatakan, upaya perekrutan ini menggambarkan keputusasaan Rusia.

"Ini bukan tipikal tentara yang diperlukan untuk bisa memenangkan perang. Kremlin masih berharap kuantitas bisa mengalahkan kualitas. Bahwa mereka bisa merekrut ratusan ribu orang yang putus asa akibat hutang dan melempar mereka ke zona konflik."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: