Dihadapkan dengan krisis pangan dan energi global yang menyebabkan harga-harga komoditas dan energi melonjak tajam, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali berusaha maksimal dalam meredam syok yang luar biasa ini.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan, Indonesia tetap harus waspada akan terjadinya kemungkinan risiko perlemahan ekonomi global yang dapat berimbas terhadap ekonomi nasional.
Baca Juga: Sri Mulyani: APBN 2023 Masih Jadi Instrumen Penting dalam Menangani Dampak dari Risiko Global
"Oleh karena itu, permintaan domestik dari segi konsumsi dan investasi harus dijaga momentum pemulihannya. Sementara, pemerataan pertumbuhan antarpulau, antardaerah, dan sektor harus terus ditingkatkan," kata Sri Mulyani dalam agenda Rapat Paripurna bersama anggota DPR, di Kompleks Parlemen, Selasa (30/8/2022).
Sejalan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani melanjutkan, Pemerintah juga terus berupaya dalam menjaga inflasi di dalam negeri agar tetap terkendali.
"Laju inflasi Indonesia tahun 2022 masih relatif moderat 4,9%. Angka ini relatif rendah dibandingkan tingkat inflasi di berbagai negara G20, seperti Turki dan Argentina," lanjutnya.
Bendahara negara tersebut menyampaikan, ketidakpastian global yang juga menyebabkan naiknya inflasi di seluruh dunia mengakibatkan belanja subsidi dan kompensasi pada tahun 2022 ini melonjak sangat tinggi, yaitu tiga kali lipat dari yang direncanakan di tahun sebelumnya.
"Kemampuan APBN menjadi shock absorber harus didukung oleh semangat gotong royong seluruh pihak agar tetap sustainable," imbau sang bendahara negara.
Selain itu, lanjutnya, perlindungan APBN dalam bentuk subsidi dan bantuan sosial harus terus diperhatikan agar tepat sasaran, yaitu bagi mereka yang benar-benar rentan dan membutuhkan.
"Menghadapi gejolak dan tekanan eksternal ini, kita harus makin kompak bersama-sama saling menjaga dan melindungi dengan memanfaatkan instrumen kebijakan fiskal dan instrumen kebijakan moneter secara sinergis, tepat ukuran, tepat waktu, dan terjaga kredibilitas, kesinambungan, dan efektitasnya," ujarnya.
Tak lupa, Sri Mulyani kembali mengingatkan, tantangan gejolak ini masih cukup panjang. Kita harus mampu membangun ketahanan pangan dan energi agar mampu melindugi perekonomian dan rakyat dari ketidakpastian global, dan anacaman kenaikan harga nergi dan pangan, serta inflasi yang sangat nyata.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum