Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus AIDS Masih Tinggi, Tokoh Jawa Barat Angkat Bicara

Kasus AIDS Masih Tinggi, Tokoh Jawa Barat Angkat Bicara Mochamad Iriawan (Iwan Bule). | Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa mencatat hingga Juni 2022 sekitar 3.744 temuan kasus infeksi HIV AIDS di Jabar. Angka tersebut didapat setelah dilakukan layanan tes HIV AIDS kepada para penjaja seks, waria, hingga ibu hamil dengan menyasar kepada 314.643 orang.

Menanggapi kondisi tersebut, tokoh atau sesepuh Jawa Barat Mochamad Iriawan (Iwan Bule) mengatakan bahwa penularan virus HIV yang masif di wilayah Jawa Barat tidak serta merta diakibatkan dari seks bebas semata. Penularan melalui jarum suntik penggunaan narkoba diduga menjadi penyebab utama merebaknya virus tersebut.

Baca Juga: Iwan Bule Siap Nyagub di Jawa Barat: Sekarang Urus Bola Dulu!

"Pencegahan HIV/AIDS ini harus dicegah dari paling rendah, yaitu keluarga," tegas Iwan kepada wartawan di Bandung, Selasa (31/8/2022).

Mantan Pj. Gubernur Jawa Barat ini mengungkapkan, sebenarnya ada program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda No 9 Tahun 2013 tentang Ketahanan Keluarga.

"Di sini perlu digarisbawahi bahwa keluarga tak hanya harus mendidik anak dalam masalah yang berkaitan dengan ilmu yang dipelajari di sekolah saja, tetapi juga terkait hal lain yang tak kalah penting, semisal pendidikan berkarakter dan ilmu agama," jelasnya.

Dia menilai, jika seorang anak telah paham tentang ilmu adab dan ilmu agama, untuk mendekati hal yang membahayakan dirinya, seperti seks bebas atau narkoba yang jadi cikal bakal HIV/AIDS, bisa dicegah atas dasar nilai-nilai iman dan adab yang diajarkan.

"Perlindungan anak secara intensif lharus dilakukan sejak dini. Kasus HIV/AIDS juga bisa terjadi akibat hubungan sesama jenis dari para anak yang sebelumnya pernah menjadi korban asusila," tegasnya.

Bahkan, lanjut Iwan, mereka yang sempat jadi korban 'sodomi' anak ketika besar tidak sedikit menjadi pelaku pula sehingga perlu perhatian khusus dari dinas terkait. "Di Jawa Barat kita kenal ada DP3AKB dan P2TP2A yang menangani masalah ini. Kinerja dinas dan lembaga ini harus kita acungi jempol. Namun, juga harus kita bantu dukung pula dalam membantu proses pendampingan para korban asusila," ungkapnya.

Tujuannya adalah agar para korban ini nantinya tidak memiliki perilaku seks menyimpang tadi. "Selain memberi semangat secara psikis dan pendidikan agama pula untuk mendukungnya," imbuhnya.

Sementara, mereka yang sudah terkena HIV, kata Iwan, untuk tahap awal memang ada metode untuk menekan penyebarannya, yaitu melalui penggunaan obat Antiretroviral (ARV). ARV ini bisa didapat dengan mudah di Puskesmas dan gratis.

Baca Juga: Dukung UMKM, PDIP Jabar Punya Aplikasi Media Pintar Perjuangan

"Saya juga berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan yang menyediakan obat ini secara gratis. Hanya saja jika tidak rutin meminumnya, dikhawatirkan virusnya menyebar dan sulit dikendalikan," jelasnya.

Mantan Kapolda Jabar ini pun menyebutkan, penderita harus mengonsumsi obat impor dengan biaya puluhan juta per bulannya. Namun, sebagai seorang Nahdliyin, Iwan juga mengaku metode pendukung pencegahan penyebaran pada tubuh penderita HIV ini bisa juga dengan cara yang ada di Pesantren Abah Anom di Tasikmalaya.

Melalui metode Thariqah Qodiriah Naqsabandiyah (TQN), para penderita HIV bisa memiliki harapan hidup lebih lama. Jadi, selain mendapat harapan hidup lebih, mereka juga dipastikan mendapatkan pendidikan agama yang baik.

"Ini pun berlaku bagi pecandu narkoba yang susah berhenti. Apalagi jarum suntik narkoba adalah salah satu cara penyebaran tercepat virus HIV ini," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: