Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akademisi: Meski Eskalasi Teror Turun, BNPT Perlu Lebih Berdayakan Seluruh Elemen Bangsa Perangi Terorisme

Akademisi: Meski Eskalasi Teror Turun, BNPT Perlu Lebih Berdayakan Seluruh Elemen Bangsa Perangi Terorisme Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kesungguhan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melaksanakan amanah sebagai leading sector penanggulangan terorisme di Tanah Air mendapatkan perhatian akademisi. Dr Iswadi, akademisi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul dan ketua umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI), memuji langkah-langkah yang dilakukan BNPT, hingga berujung kepada turunnya ancaman dan eskalasi teror di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir. 

"Bila dibandingkan, katakan, lima-sepuluh tahun lalu, saat ini boleh dibilang rakyat Indonesia sudah merasa aman dari ancaman terorisme," kata Iswadi, penerima gelar doktor dari Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (1/9/2022).

Baca Juga: BNPT Fokus Lakukan Empowering Seluruh Potensi Negara dalam Cegah Aksi Terorisme Tahun 2023

Karena tentu saja tak ada 'makan siang yang gratis', hal itu jelas merupakan buah dari komitmen tinggi dan kerja keras semua elemen bangsa, yang diikat erat dan diarahkan BNPT sebagai leading sector urusan tersebut.  

Dalam pengamatan Iswadi, yang secara mendasar telah dilakukan dengan tepat oleh BNPT terutama adalah pemberdayaan seluruh potensi bangsa dalam mencegah aksi terorisme, terutama dengan memaksimalkan anggaran yang ada. "Kita tahu, persoalan anggaran ini sangat mendasar namun masih menjadi kendala di negara kita," kata Iswadi.

Hal tersebut wajar, sebagai negara baru di jajaran negara maju (G20), Indonesia memiliki sekian banyak prioritas yang masing-masing tentu membutuhkan perencanaan dan anggaran. Dan pada dasarnya, memang itulah persoalan ekonomi, yakni manakala setiap pelaku ekonomi, termasuk negara, dihadapkan pada scarcity alias kelangkaan dana, sementara keperluan cenderung tidak berbatas. 

Di sinilah, kata Iswadi, perlunya keterbukaan untuk masuknya dana-dana dari luar, termasuk dana-dana dari luar negeri bila memungkinkan. "Terorisme bagaimana pun adalah kejahatan trans-nasional, sehingga agak ganjil kalau kita menutup dana-dana yang sifatnya internasional pula," kata dia.

Iswadi mencontohkan, dalam penanggulangan terorisme yang sempat mendunia pada awal 2000-an, saat itu Amerika Serikat mengucurkan bantuan internasional kepada bangsa-bangsa yang menderita akibat merebaknya terorisme saat itu. 

Dengan demikian, kata Iswadi, tidak bisa dikatakan kalau peluang datangnya dana-dana luar negeri untuk penanggulangan terorisme itu dengan sembarang diartikan sebagai peluang jatuhnya bangsa kepada sikap a-nasionalis.

Baca Juga: BNPT Perkuat Aksi Tanggulangi Ekstremisme dan Terorisme

"Dalam pandangan saya, sepanjang negara bisa dengan tegak bersikap mandiri, terutama tidak disetir bangsa-bangsa lain yang memberikan bantuan pinjaman, selama itu pula negara itu tak bisa dengan semena-mena dianggap tidak nasionalistik hanya gara-gara mendapatkan pinjaman," kata dia. 

Apalagi, kata Iswadi, manakala dana yang diperlukan itu sifatnya kritis, yakni untuk melakukan empowering alias pemberdayaan dalam mencegah dan menanggulangi ancaman terorisme kepada seluruh Lembaga yang ada. "Karena sifatnya yang mendesak, sejatinya ini sudah berada pada titik 'to be or not to be'," kata Iswadi. 

Menyitir futurolog terkemuka Kenichi Ohmae, Iswadi mengatakan, tidak mungkin di era 'borderless world' ini Indonesia mengambil sikap layaknya burung unta, yang seolah menutup diri dari pengaruh luar, sementara kenyataannya ia hanya memasukkan kepala di pasir untuk tidak merespons apa pun yang terjadi di sekelilingnya.

"Kita bahkan harus tahu detil apa dan bagaimana semua terjadi, sehingga dengan yakin dan pasti bisa mengambil segala kebaikan dari segala geopolitik dunia yang terjadi di sekeliling kita," kata pria kelahiran Aceh tersebut. 

Baca Juga: BNPT Terapkan Konsep Pentahelix Cegah Terorisme

Berkaitan dengan rencana program empowering BNPT di tahun 2023, yang memerlukan dana penguatan dari luar negeri sebesar USD160 juta, secara multiyears selama tiga tahun, Iswadi memuji sikap Komisi III DPR RI yang terkesan penuh kehati-hatian alias prudent. Bagi Iswadi, memang itulah anggota DPR RI sebagai wakil rakyat yang tidak hanya mengkritik, melainkan juga harus senantiasa mengutamakan kehati-hatian dan waspada.   

Namun demikian, dalam soal rencana BNPT tersebut, Iswadi yakin bahwa tiga fokus penggunaan anggaran BNPT ke depan, yakni pengembangan Pusat Analisis dan Pengendalian Krisis (2023-2025), penguatan peralatan surveillance dan early warning system,  serta yang ketiga, pengembangan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Kerja Sama (Pusdiklat) Terorisme dan Kerja Sama Internasional, merupakan hal yang urgen saat ini. 

"Ketiga fokus program penganggaran itu ibaratnya bertanam hari ini untuk menuai segala kebaikan nanti," kata Iswadi.

Dengan penguatan sarana Pusat Krisis/Command Center, antara lain tersebut, dipastikan petugas dapat melakukan monitoring secara langsung dan cepat bila terjadi serangan terorisme. "Saya ingat pernyataan Pak Boy Rafli, ketua BNPT, bahwa saat terjadi krisis di tempat-tempat tertentu dalam konteks serangan terorisme, dengan apa yang direncanakan itu, kita bisa melakukan monitoring langsung secara realtime," kata Iswadi. 

Sementara, kebutuhan besar di bidang surveillance dan early warning system akan memungkinkan petugas negara mendeteksi buron (DPO) tersangka teroris yang berkeliaran di ruang publik. "Apalagi dikatakan BNPT bahwa itu akan terintegrasi dengan data Dukcapil, yang memungkinkan petugas melakukan deteksi lokasi-lokasi publik seperti terminal, bandara, guna pencarian DPO," kata dia. 

Dengan cara itulah, kata Iswadi, BNPT melibatkan seluruh elemen masyarakat tanpa kecuali untuk bahu membahu bergotong-royong dalam rangka meminimalisasi potensi aksi terorisme.

Baca Juga: Strategi Pentahelix BNPT Diapresiasi Pengamat Birokrasi

Sebagaimana diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, ancaman dan eskalasi teror yang terjadi di Tanah Air mengalami penurunan tajam. Hal itu sempat diapresiasi seorang Anggota Komisi III DPR RI, Adies Kadir. Adies menilai, berkurangnya ancaman radikalisme dan terorisme ini terbilang membanggakan. Namun ia meminta semua pihak, terutama BNPT, harus senantiasa waspada.

"Turunnya terus angka radikalisme itu membanggakan kita, tapi tidak boleh lengah karena tetap saja kewaspadaan yang tinggi harus kita lakukan dari tahun ke tahun," kata Adies.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: