Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aktivis Tengarai Adanya Penebar Teror terhadap Kemasan Galon Guna Ulang

Aktivis Tengarai Adanya Penebar Teror terhadap Kemasan Galon Guna Ulang Kredit Foto: Tempo

Di acara yang sama, dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha Edhi Suyatma, juga sangat menyesalkan beredarnya isu soal BPA ini di masyarakat. Menurutnya, isu ini bisa memberikan kesalahan persepsi di konsumen bahwa kemasan galon guna ulang itu berbahaya, sementara kemasan plastik-plastik lainnya itu terkesan aman.

"Padahal, seperti yang kita tahu bahwa BPA itu ada di mana-mana, tidak hanya di galon polikarbonat, tetapi ada juga di kemasan kaleng, botol bayi, atau di dot. Itu mestinya dilarang total bagi bayi dan anak-anak," tukasnya. 

Baca Juga: Penggunaan Galon Plastik Sekali Pakai Tak Sejalan dengan Komitmen G20

Dia mengutarakan di makanan kaleng ada riset yang mengatakan hampir 90% enamel pada kaleng itu terbuat dari epoksi. "Nah, epoksi itu adalah BPA dan BPA adalah sebagai basic. Jadi, seharusnya ini kan juga perlu dilabeli juga," ujarnya.

Menurutnya, dengan dihembuskannya isu BPA ini di masyarakat, bisa menyebabkan terjadinya mispersepsi di masyarakat bahwa kemasan yang tidak mengandung BPA itu aman-aman saja. "Padahal, kemasan lain itu juga belum tentu aman. Kemasan PET misalnya, itu juga ada risiko dari bahan senyawa yang lain yang berpotensi ke arah negatif. Di PET ada kandungan antimon, asetildehid, etilen glikol, dan lain-lain yang juga berbahaya," ucapnya.

Baca Juga: Stop Galon Oplosan, Warganet Tuntut Produsen Benahi Rantai Pasok

Dia juga mengkritisi langkah BPOM yang seolah membiarkan kampanye negatif terhadap galon polikarbonat. Menurutnya, ini justru bertentangan dengan BPOM sendiri pada aturan label pangan. 

"Jadi, ketidaksepahaman saya pada aturan pelabelan BPA ini adalah, khawatirnya nanti malah ada prasangka buruk kalau BPOM itu dianggap membela salah satu brand. Itu yang pasti akan muncul karena fenomena ini," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: