Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Dunia Anjlok dan Harga BBM di SPBU Swasta Lebih Murah, Mengapa BBM Subsidi Malah Naik?

Harga Minyak Dunia Anjlok dan Harga BBM di SPBU Swasta Lebih Murah, Mengapa BBM Subsidi Malah Naik? Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Swasta jauh lebih murah dibandingkan dengan BBM Bersubsidi dari pemerintah. Ini menjadi pertanyaan sejak SPBU Vivo menjual harga BBM Revvo 89 yang sebesar Rp8.900 per liter saja.

Ditambah, saat ini harga minyak dunia sedang turun hingga USD 89 per barel. 

Sementara Pemerintah dan DPR sudah sepakat menetapkan asumsi makro harga minyak dunia sebesar USD 100 per barel. 

Lalu kenapa harga BBM malah naik? Dan itu untuk yang bersubsidi pula? 

Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Jadi Tantangan Percepatan Program EBT

Melihat fenomena ini anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto pun minta Pemerintah membuka data harga pokok produksi (HPP) BBM bersubsidi yang berlaku selama ini. Ia merasa ada yang aneh terkait kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dua hari lalu. 

“Karena pada saat yang sama harga BBM non subsidi di Pertamina, Shell dan Vivo malah diturunkan, menyusul anjloknya harga minyak dunia. Untuk BBM jenis Revvo 89 yang harga sebelumnya Rp9.290 per liter turun menjadi Rp8.900 per liter. Akibatnya masyarakat menyerbu SPBU Vivo,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Warta Ekonomi Senin, (05/09/22).

Baca Juga: Cara Mendapatkan BLT BBM 2022 Rp600 Ribu, Simak Langkah-langkah Berikut Ini!

Ia membandingkan harga BBM yang murah ini lebih menguntungkan masyarakat. Di tengah harga BBM subsidi Pertalite RON 90 yang seharga Rp10.000 per liter. 

Sebagai informasi, SPBU Vivo adalah perusahaan sektor hilir minyak dan gas bumi di bawah bendera PT Vivo Energy Indonesia sebelumnya perusahaan ini bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI). 

Vivo resmi beroperasi di Indonesia pada 2017 lalu. Perusahaan ini merupakan anak dari perusahaan Vitol Group yang berkantor pusat di Swiss. Vitol memperdagangkan dan mendistribusikan energi ke seluruh dunia menggunakan keahlian logistik dan jaringan infrastruktur mereka. 

Baca Juga: Harga BBM Naik, Serikat Nelayan Indonesia Makin Nelangsa: Tambah Penderitaan Nelayan

Melihat perbedaan harga jual tersebut Mulyanto minta Pemerintah perlu memberi penjelasan, kenapa harga jual Pertalite yang bersubsidi malah lebih mahal dari BBM non-subsidi Revvo 89. 

"Ini kan janggal. Pemerintah harus dapat menjelaskan berapa harga pokok produksi (HPP) Pertalite ini yang sebenarnya. Masa harganya masih lebih mahal daripada harga BBM di SPBU swasta. Selisih harga ini pasti akan menimbulkan pertanyaan dari masyarakat," kata Mulyanto. 

Sebab kalau Pemerintah benar-benar objektif menghitung harga pokok produksi dan harga keekonomian BBM, semestinya tidak ada alasan untuk menaikkan harga BBM jenis apapun. 

Baca Juga: Efek Domino BBM Naik: Ongkos Naik, Sembako Naik, Pendapatan Tak Kunjung Naik

Artinya, fluktuasi harga minyak dunia masih dalam batas kemampuan anggaran negara. Dengan demikian Pemerintah tidak punya alasan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: