Rentan Serangan Siber, Sektor Energi Indonesia Bakal Jadi Sasaran Serangan
CyberRes sebagai bagian dari lini bisnis Micro Focus baru-baru ini telah mengeluarkan laporan tahunan pertamanya yang berisi mengenai kodnsisi ancaman siber saat ini yang dilihat dari tinjauan umum peristiwa dunia maya pada 2021. Secara umum, laporan berisikan perspektif mengenai kondisi ancaman geopolitik, regional, dan industri, serta kemungkinan situasi yang akan terjadi selama satu tahun ke depan.
Wilayah Asia Pasifik menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi ancaman yang besar pada 2022 karena sebelumnya wilayah ini telah menjadi salah satu wilayah yang paling terkena dampak dengan total ancaman siber mencapai 23.5% di 2021.
Berdasarkan temuan di tahun 2021, CyberRes kemudian memetakan tren yang terjadi di 2022 dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Penting! Simak Tips Keamanan Siber untuk PSE Berikut Ini!
- Berdasarkan temuan di 2021, sektor publik (27,4%) menjadi sektor yang paling terkena dampak dan menjadi sasaran serangan, salah satunya dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik. Menghasilkan tren pertama di 2022 bahwa sektor publik menjadi sektor paling terdampak di masa depan.
- Temuan di 2021 mencatat sekitar sepertiga dari total serangan siber yang dilakukan pada 2021 bertujuan untuk kepentingan spionase siber, yang kemudian diikuti dengan tujuan keuntungan finansial. Oleh karenanya, tren 2022 memunculkan spionase kemungkinan akan menjadi motivasi terbesar bagi kelompok pelaku ancaman.
- Pada 2021, tercatat lebih dari 24% serangan siber pelakunya memilih untuk mengesktrak data sensitif dari jaringan korban, sehingga mendorong tren pada 2022 bahwa eksfiltrasi data akan menjadi metode serangan siber yang paling sering digunakan.
Namun pada 2022 ini, dampak industri dan prospeknya bervariasi di berbagai lokasi. Di Indonesia sendiri sebagai wilayah yang terkena dampak global terbesar tahun 2021, Indonesia telah menjadi salah satu negara terdampak dari kampane spionase siber APT41 yang menargetkan institusi publik dan swasta di berbagai negara.
Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi sasaran mayoritas kelompok pelaku pengancam besar seperti Lazarus APT, APT 10, Conti, dan Winnti Group. Oleh karena itu berdasarkan laporan tahunan CyberRes tahun ini, sektor energi di Indonesia menjadi salah satu sektor yang paling rentan selama 12 bulan ke depan karena Indonesia pernah menjadi target utama serangan siber di sektor industri pada 2021.
"Negara-negara di Asia Tenggara masih belum pulih dari dampak serangan siber tahun lalu, yang menyebabkan efek jangka panjang pada semua organisasi atau individu," tutur Jeffrey Neo, Managing Director, Asia Tenggara & Korea, Micro Focus dalam sebuah pernyataan tertulis kepada media yang diterbitkan pada 19 September lalu.
Ia melanjutkan bahwa sementara tren masih berlanjut hingga 2022, kawasan ini sebenarnya memiliki peluang besar untuk membalikkan situasi karena telah dilengkapi dengan pemahaman yang mumpuni mengenai lanskap terkini, penerapan taktik, hingga ancaman yang dapat muncul.
Ia merujuk pada kawasan ASEAN yang tengah dalam kondisi terus melaku di mana ASEAN memimpin dalam keamanan siber global dengan mengadopsi Rencana Aksi Regional ASEAN (2021-2025) sebagai upaya untuk memperkuat keamanan siber regional di berbagai bidang seperti kolaborasi penelitian, berbagi pengetahuan dan pelatihan.
ASEAN-Singapore Cybersecurity Center of Excellence juga berencana untuk meningkatkan pengembangan strategu keamanan siber, legislasi, dan kemampuan penelitian seluruh negara anggota yang dapat menjadikan negara-negara seperti Indonesia memiliki jalur siber yang lebih kuat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: