Beberapa waktu belakangan sektor riil terutama pada tren pembelian properti telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari data Bank Indonesia yang mencatat penyaluran kredit sektor properti pada Januari 2022 tumbuh 5,4% secara tahunan dan lebih tinggih jika dibandingkan pada Desember 2021 yang sebesar 4,8%. Jumlah KPA/KPR dan kredit real estate yang disalurkan pada Januari 2022 pun mencapai nilai sebesar Rp573,7 triliun.
Namun, pertumbuhan yang cukup pesat itu kini harus dihadapkan dengan tren kenaikan suku bunga yang diperkirakan dapat memperlambat pertumbuhan pembelian properti. Hal ini terjadi karena kondisi pasar cukup tidak stabil dengan adanya ancaman inflasi.
Diketahui Bank Indonesia kini telah menaikkan suku bunga acuan BI 7 days repo rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%. Kebijakan kenaikan suku bunga ini dilakukan sebagai upaya dari pemerintah dalam mengendalikan tingkat inflasi pada tahun ini. Tentunya ini akan berdampak pada perbankan yang harus bersiap untuk menaikkan kredit pinjaman termasuk KPA/KPR. Baca Juga: Pemerintah Dedikasikan Rp97,44 Triliun APBN untuk KPR FLPP
"Pasar menengah-bawah pastinya akan sangat terpengaruh dengan naiknya cicilan rumah mereka. Kenaikan cicilan dapat mencapai Rp150.000-Rp300.000 per bulan yang akan menggerus daya beli mereka," tutur Ali Tranghanda selaku CEO Indonesia Property Watch dalam sebuah rilis media pada Sabtu (24/9/2022).
Ini adalah dampak yang tidak bisa dihindari di mana kenaikan suku bunga KPR/KPA akan memengaruhi tingkat permintaan pasar properti dan menurunkan tren pembelian. Inflasi yang meningkat ini pun tentu akan memengaruhi daya beli masyarakat.
Ali melanjutkan, "dengan kenaikan bunga acuan ini diperkirakan suku bunga KPR akan naik 1-2%, namun perkiraan saya maish 1 digit namun itu akan tetap berdampak."
Ia memperkirakan setiap kenaikan 1% akan menyebabkan penurunan permintaan pembelian melalui KPR 4-5% sehingga kemungkinan pasar akan menurun sampai 10%. Meskipun begitu, Ali masih melihat ada potensi lain dari peningkatan sektor pertambangan yang akan diuntungkan dari situasi ini karena bahan komoditas masih akan tinggi.
Dengan kenaikan suku bunga yang terjadi juga memungkinkan pasar di sektor lain berpotensi akan membelanjakan uangnya di pasar properti suatu saat ini. Ini adalah potensi yang dapat disasar oleh pengembang dalam masa menunggu kestabilan dan pulihnya pasar properti menengah-bawah. Baca Juga: Punya Potensi Naik Kelas, Investasi Properti di Karawang Kian Menjanjikan
Namun, secara umum pengembang harus mencoba untuk lebih efisien dalam pemakaian bahan bangunan atau pun dengan membuat produk yang lebih compact. Di sisi lain, potensi pasar menengah-atas menjadi celah pasar tersendiri yang mungkin masih cukup menarik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Fajar Sulaiman