Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepala Daerahnya Asik Pakai Dana Otsus Rp1000 Triliun, Eko Kuntadhi: Kasian Saudara Kita di Timur Dibodohi

Kepala Daerahnya Asik Pakai Dana Otsus Rp1000 Triliun, Eko Kuntadhi: Kasian Saudara Kita di Timur Dibodohi Kredit Foto: Instagram/Eko Kuntadhi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menko Polhukam Mahfud MD sebelumnya telah mengumumkan Gubernur Papua, Lukas Enembe terlibat dalam kasus dugaan korupsi senilai ratusan miliar rupiah. Ia juga mengungkapkan bahwa Lukas Enembe lakukan transaksi kasino mencapai setengah triliun rupiah.

Meski bukti-bukti sudah ada di depan mata, masih banyak orang yang berusaha melindungi Enembe. Hal ini dikomentari pula oleh Eko Kuntadhi melalui video Youtube 2045 TV, Selasa (27/09/22).

“Yang menarik sebetulnya dari kejadian ini atau dari kasus ini. Ketika KPK sudah mau turun ke Papua ada mobilisir massa masyarakat Papua yang seolah-olah menolak kehadiran KPK.  Seolah-oleh menolak kehadiran hukum di tanah Papua,” kata Eko.

Baca Juga: Dua Kali Mangkir, KPK Ancam Panggil Paksa Lukas Enembe

Artinya, menurut Eko bagi masa yang ada di sana, mereka membentengi Lukas Enembe itu. Mereka merasa bahwa Lukas tidak harus bertanggung jawab terhadap kasus-kasus korupsi yang membelitnya.

Eko menambahkan sebenarnya daerah Papua sudah cukup diistimewakan. Sejak tahun 2001, lahirlah undang-undang otonomi khusus. 

Undang-undang itu isinya pemerintah pusat akan menggelontorkan dana khusus atau dana spesial untuk wilayah-wilayah yang punya otonomi khusus seperti Papua.

Yang kedua dalam undang-undang itu juga dijelaskan tidak ada warga negara Indonesia lain selain keturunan Papua yang bisa menjadi pejabat atau bisa menjadi kepala daerah

di sana. 

Baca Juga: Koalisi Rakyat Papua Beber Catatan Buruk KPK Terhadap Gubernur Papua Lukas Enembe, Simak!

“Kata Pak Mahfud MD, sejak 2001 atau sejak undang-undang otonomi khusus itu diberlakukan sudah sekitar 1000,7 Triliun Rupiah yang digelontorkan untuk pembangunan Papua,” jelas Eko. 

Sayangnya 20 tahun berlalu, pembangunan di Papua itu begitu-begitu saja. Masyarakatnya masih tetap miskin, bahkan indeks pembangunan manusia Papua itu hanya 60,6. Itu jauh dibanding rata-rata IPM nasional yang jumlahnya 71,39.

Lalu kenapa kenapa kok dana yang besar itu tidak membuat kesejahteraan pada masyarakat Papua lebih meningkat dengan signifikan? 

Baca Juga: Lukas Enembe Minta Izin Berobat ke Luar Negeri, KPK Belum Kantongi Bukti Rekam Medis yang Sahih, Waduh!

“Masyarakat Papua yang sangat ketat dengan kondisi kesukuan sangat patuh dengan kepala suku misalnya, akhirnya tidak kebagian tetesan ini. Kemiskinan mereka tetap terjaga sementara elitnya saja yang menikmati suasana limpahan dana yang luar biasa besar itu,” jelas Eko.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: