Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eko Kuntadhi Wanti-wanti Politik Identitas Muncul Lagi di Pilpres 2024: Bekas Pilkada DKI Masih Terasa

Eko Kuntadhi Wanti-wanti Politik Identitas Muncul Lagi di Pilpres 2024: Bekas Pilkada DKI Masih Terasa Kredit Foto: Instagram/Eko Kuntadhi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menuju Pilpres 2024, sejumlah strategi mulai dimainkan oleh sejumlah parpol agar berhasil memenangkan kursi nomor satu di Indonesia. 

Namun sayangnya ada beberapa hal yang harus diwanti-wanti salah satunya adalah politik identitas. Eko Kuntadhi seperti dilansir dari Cokro TV, Rabu (28/09/22) mengatakan kemungkinan besar politik identitas masih dipakai Pilpres nanti seperti Pilkada Jakarta lalu. 

“Ingat dong Pilkada Jakarta sampai sekarang polarisasinya masih terasa ketika ada seruan diharamkan memilih pemimpin yang tidak muslim gitu yang bukan beragama

Islam sampai sekarang polarisasinya masih terasa,” kata dia. 

Baca Juga: Jelang Pilpres 2024, Pernyataan AHY Dianggap Pengamat Terlalu Memanipulasi Publik

“Tapi kalau udah nyangkut surga neraka, udah nyangkut iman satu atau kafir. Ini yang bahaya karena polarisasi. Kayak gini akan terus terbawa jauh setelah Pemilu selesai,” tambah dia. 

Katanya, polarisasi berbahaya jika sudah membawa-bawa iman atau menyebut-nyebut orang lain kafir. 

“Jadi sebetulnya kritik-kritik terhadap problematika kebangsaan itu kritiknya bolak-balik aja tergantung posisinya. Masing-masing ketika jadi berkuasa, dia berpikirnya beda ketika jadi oposisi,” kata Eko.

Baca Juga: Bandul Politik Terus Bergerak Jelang Pilpres 2024, Eko Kuntadhi Wanti-wanti Masyarakat

Eko mengatakan, dalam demokrasi pasti ada polarisasi. Ada partai penguasa, ada partai oposan dan ujung-ujungnya dua kekuatan ini pasti akan merembes mencari dukungan masing-masing dan ujung-ujungnya terjadi polarisasi.

“Polarisasi itu biasa-biasa saja dalam demokrasi jadi nggak usah terlalu mengkhawatirkan ini ada polarisasi,” kata dia. 

“Yang tidak biasa ketika polarisasi politik ditunggangi oleh isu-isu agama ini yang disebut dengan politik identitas. Politik identitas sebetulnya normal bila digunakan secukupnya,” katanya.

Baca Juga: Demi Menangi Pilpres 2024, Bukan AHY! Ini Sosok Perempuan yang Bakal Jadi Kunci Kemenangan Anies Baswedan

Proses pergantian kepemimpinan di Indonesia kata Eko juga selalu menyisakan problem. Karena pemimpin baru itu selalu menjadi antitesa dari pemimpin sebelumnya. 

“Bagaimana misalnya Pak SBY menjadi antitesa atau sampai sekarang malah diam-diaman dengan Bu Mega,” jelasnya. 

Yang penting itu adalah kecerdasan atau kesadaran publik, bagaimana publik memahami hal tersebut sebagi perbedaan umum saja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: