Milenial Harap Simak! Berikut 3 Tips Hadapi Inflasi dari Grant Thornton Indonesia
Bank Dunia (World Bank) menyatakan, kenaikan suku bunga yang terjadi serentak di seluruh dunia dalam rangka penanganan inflasi berisiko menyebabkan resesi global dan krisis keuangan di berbagai belahan di dunia seperti Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Uni Eropa, hingga Jepang.
Risiko global pertama yang berpotensi mendorong ekonomi ke jurang resesi adalah inflasi tinggi. Harga komoditas energi dan pangan terlihat masih terus naik dan bertahan di level tinggi. Ini tidak lepas dari dampak perang Ukraina-Rusia yang masih berlangsung sampai sekarang.
Baca Juga: Harga BBM Picu Inflasi 1,10% di Pekan Terakhir September 2022
Hal ini pun mendorong Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga acuan setengah poin pada Juli lalu. Kemudian, menurut data yang diterbitkan badan statistik Uni Eropa, inflasi tahunan di 19 negara zona Euro juga ikut naik menjadi 8.9% di Juli yang meningkat dari angka Juni sebesar 8,6%.
Sementara itu, Amerika Serikat juga menghadapi inflasi 9,1%, ini tercatat merupakan inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Inflasi juga menghantui Tiongkok. Biro Statistik Nasional (NBS) China mencatat, inflasi Indeks Harga Produsen (IHP) naik ke level 8,3% pada Maret 2022.
Dampak Inflasi terhadap Milenial
Melonjaknya inflasi tentunya juga memengaruhi milenial terutama dalam hal finansial. Bahkan, Kepala Investasi di Smead Capital Management, Bill Smead, mengatakan bahwa milenial menjadi salah satu penyebab inflasi di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena perilaku milenial yang selalu membelanjakan uangnya untuk membeli rumah, kendaraan, dan aset lainnya yang ternyata makin mendorong kenaikan harga di Amerika.
Berbeda dengan milenial di Indonesia, berdasarkan sebuah studi "Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020" yang dirilis oleh institusi Alvara Research 1, terungkap bahwa sebagian masyarakat urban milenial di berbagai kota di Indonesia mengakui, mereka sulit menabung atau berinvestasi karena rata-rata pengeluaran rutin bulanan mereka, terutama yang berusia 25-40 tahun, menghabiskan sebesar 57% dari total pemasukan. Alih-alih menabung atau berinvestasi dari sisa 43% pendapatan, hampir semua dilarikan untuk pengeluaran gaya hidup seperti travelling, healing, menyesap kopi kekinian, dan sebagainya.
Selain tingginya pengeluaran rutin pokok bulan, milenial Indonesia juga harus berjuang untuk menyiasati inflasi gaya hidup (lifestyle inflation), yang menggambarkan kondisi perubahan perilaku dan kebiasaan yang mengakibatkan pengeluaran yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya penghasilan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: