Meski Dihadapkan Resesi, OJK Optimistis Sektor Keuangan Tetap Terjaga
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, kendati ancaman resesi ekonomi global hampir pasti terjadi dalam waktu dekat ini.
Demikian yang disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar saat konferensi pers hasil RDK Bulanan September 2022 secara virtual di Jakarta, Senin (3/10/2022).
Menurutnya, resesi global memang hampir pasti akan terjadi setidaknya di tahun 2023 atau mungkin bisa lebih cepat dari itu. Namun, yang belum dapat diprakirakan adalah pada kondisi seberapa berat dan berapa lama resesi itu terjadi.
"Optimisme, berdasarkan data yang kami miliki sampai saat ini terjaga baik. Dengan perkembangan kondisi global yang berat namun prakiraan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga baik, optimisme itu saya rasa kita tempatkan di kondisi realistis yaitu kita jaga stabilitas dengan baik dan kebijakan serta fasilitasi yang dibutuhkan, namun waspada dan pahami risiko transmisi dari ekonomi global yang makin berat," jelasnya. Baca Juga: OJK Catat Sebanyak 447.712 Investor Pasar Modal di Sumut
Dia bilang, berdasarkan data yang dimiliki stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga. Hal ini salah satunya tercermin dari semakin kuatnya fungsi intermediasi perbankan. Kredit perbankan pada Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62 persen yoy, utamanya ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19 persen yoy. Adapun, secara mtm, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp20,13 triliun menjadi Rp6.179,5 triliun.
Di sektor IKNB, akumulasi pendapatan premi perusahaan asuransi periode Januari - Agustus 2022 adalah sebesar Rp205,90 triliun atau naik 2,10 persen yoy. Nilai outstanding piutang pembiayaan pada Agustus 2022 meningkat 8,57 persen yoy menjadi sebesar Rp389,54 triliun. Profil risiko Perusahaan Pembiayaan semakin membaik dengan rasio NPF gross pada Agustus 2022 turun menjadi sebesar 2,60 persen.
Lalu di sektor pasar modal, hingga 30 September 2022, IHSG terkoreksi 1,92 persen mtd ke level 7.040,80 dengan nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp3,055 triliun. Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 6,98 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp69,47 triliun. Hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi yaitu sebesar Rp175,34 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten.
Terkait relaksasi kebijakan, Mahendra menuturkan, pihaknya akan melihat dahulu seberapa besar dampak resesi global nanti terhadap sektor jasa keuangan. Baca Juga: Simak, Ini Program TPAKD OJK di Sulawesi Utara
"Terkait kebijakan relaksasi, kami tentu saat ini dalam konteks itu belum bisa menyebutkan bagaimana persisnya dan apakah dibutuhkan. Namun, upaya kita menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan sesuai sasaran yang ditetapkan pemerintah jadi sasaran yang akan dijaga oleh sektor jasa keuangan dalam perannya mencapai tingkat pertumbuhan itu. Sekiranya dalam perkembangan nanti kalau diperlukan kebijakan untuk mencapai sasaran itu akan dirumuskan dan ditetapkan," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman