Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gas Jadi Energi Transisi Menuju NZE

Gas Jadi Energi Transisi Menuju NZE Subholding Gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) segera melakukan penanganan untuk memastikan layanan gas bumi ke seluruh sektor pelanggan baik industri, komersial dan rumah tangga tidak terganggu sehubungan insiden yang terjadi pada Jumat, (27/5/2022). Insiden terjadi di lokasi bak valve No.140, Jembatan Sei Belumai, Tanjung Morawa, Medan. | Kredit Foto: PGN
Warta Ekonomi, Bandung -

Masih kecilnya pemanfaatan cekungan Minyak dan Gas (Migas) di Indonesia yang tidak sampai 20 persen dari potensi yang ada rasanya harus bersaing dengan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z  Yunus mengatakan Indonesia mempunyai 128 cekungan, sementara yang sudah berproduksi baru 20 cekungan. 

Padahal jika cekungan-cekungan tersebut berhasil dieksplorasi dan diekploitasi, maka bisa membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Namun, hal tersebut harus bersaing dengan pengembangan EBT.

Baca Juga: Dari 128 Cekungan, Indonesia Baru Bisa Manfaatkan 20 Cekungan Migas

"Di mana beberapa negara di Eropa sudah menyetop mendanai energi fosil ini," ujar Taslim dalam acara FGD dan Media Gathering SKK Migas dan KKKS, Senin (3/10/2022).

Oleh sebab itu, Taslim mengatakan Indonesia harus menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modal atau investasinya di Bumi Pertiwi untuk energi fosil, terutama gas yang dalam 2022-2060 akan menjadi net zero emission.

"Maka gas akan jadi energi alternatif yang akan mengisi energi transisi kita," ujarnya. 

Lanjutnya, melalui Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET), merupakan daya tarik sendiri untuk investor dalam melakukan investasinya untuk mengekplorasi dan mengeksploitasi Migas.

"Di samping itu, kami melihat dan juga mencatat tapi sudah berusaha sekuat tenaga untuk capai target produksi 1 juta barel dan 12 BCFD di 2030," ungkapnya. 

Lebih lanjut, Taslim mengatakan bahwa pihaknya telah berupaya menyiapkan 10 strategi besar yang harus dilakukan dan beberapa pilar lainnya untuk bisa dicapai pada tahun 2030.

"Strategi pertama untuk memasimalkan aset yang ada terutama dari produksi, kemudian bagaimana mempercepat bor, yang ketiga adalah mengakselerasi temuan-temuan yang sudah ada menjadi breast onstream, dan yang keempat adalah melakukan eksplorasi secara masif, dan ini perlu didukung seluruh pihak, partner kami KKKS, dan dari daerah penghasil," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: