Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Bualan, Petani Perempuan Turut Berjasa dalam Pembangunan Sawit Berkelanjutan

Bukan Bualan, Petani Perempuan Turut Berjasa dalam Pembangunan Sawit Berkelanjutan Kredit Foto: Siaran Pers/PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menyambut Hari Perempuan Pedesaan Sedunia pada 15 Oktober, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) merilis #elaeiswomen, kegiatan kampanye digital yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran petani perempuan kelapa sawit dalam pembangunan di pedesaan dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kegiatan ini juga berupaya menunjukkan bentuk-bentuk praktik pemberdayaan perempuan di sektor pertanian, dalam hal ini industri kelapa sawit, menyediakan banyak ruang dan peluang bagi perempuan berkontribusi dalam pembangunan di wilayah pedesaan.

Melansir laman Majalah Sawit Indonesia pada Senin (17/10), Sekretaris Jenderal CPOPC Dr. Rizal Affandi Lukman menyatakan, “Gerakan digital ini merupakan upaya CPOPC dalam menjalankan amanat salah satu tugas CPOPC sesuai piagam pendirian yaitu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit. Petani adalah salah satu mata rantai pemasok utama industri kelapa sawit dimanapun dan siapapun negara pengekspor sawit. Oleh karena itu, CPOPC menyampaikan pandangan mereka melalui platform media sosial, sebagai media mainstream dunia, kepada para pengambil kebijakan perdagangan dan kelompok konsumen agar lebih berimbang melihat sawit dari berbagai sisi keberlanjutan yang diantaranya sudut pandang petani". 

Baca Juga: Perkenalkan Langsung Komoditi Sawit, Kemenkeu Gelar Launching Oil Palm Marathon

Kampanye digital berupa produksi video untuk konten media sosial mengenai kiprah sejumlah petani perempuan kelapa sawit. Selain konten video, produk lainnya dari gerakan digital ini ialah infografis yang memuat data-data penting terkait petani perempuan dan industri kelapa sawit di masing-masing negara anggota dan pengamat CPOPC. 

Di Indonesia, jumlah petani perempuan diestimasi 50 persen dari 2,6 juta petani kelapa sawit saat ini. Sementara di Sarawak Malaysia, terdapat aturan hukum yang khusus mengatur kepemilikan atas tanah adat dari kelompok pemukim asli (indigenous people) atau Native Customary Right (NCR). Peraturan ini menempatkan secara setara laki-laki dan perempuan untuk kepemilikan tanah.

Di Kolombia, sekitar 6 ribu produsen kelapa sawit terlibat di sektor ini dengan 80 persen diantara masuk kategori dikelola oleh petani. Di Ghana, perempuan banyak terlibat dalam pengelolaan hasil kelapa sawit, yang mana 60 persen dihasilkan dari perkebunan petani dan 76 persen kebutuhan CPO dalam negeri dipasok oleh mereka.

Sementara di Honduras, perempuan dinyatakan berhak memiliki kepemilikan atas lahan atau tanah yang diberikan oleh satu badan yang disebut National Agrarian Institute. Sebanyak 79 ribu hak lahan yang diberikan selama 10 tahun terakhir, 37 persen penerima ialah perempuan dengan 14 persen diantaranya di wilayah pedesaan.

Di Papua New Guinea, sejak tahun 1997, New Britain Palm Oil Limited (NBPOL), anak perusahaan Sime Darby Plantation Sdn Bhd, menginisiasi program mama Lus Frut. Program tersebut memberikan kemandirian finansial bagi perempuan di Kokopo.

Baca Juga: Tingkat Kemajuan Ekonomi Desa Sawit Lebih Tinggi Dibandingkan Desa Non-Sawit!

Sekretariat CPOPC bekerja sama dengan beberapa perwakilan pemangku kepentingan sektor sawit di negara anggota tetap (Indonesia dan Malaysia) dan negara pengamat/observer countries (Ghana, Honduras, Kolombia, dan Papua New Guinea) diantaranya Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI), FEDEPALMA – Colombia, Solidaridad – West Africa, dan New Britain Palm Oil Limited (NBPOL) – PNG baik dalam produksi maupun diseminasi konten tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: