Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sejumlah Dunia Usaha di Indonesia Belum Melihat Nilai dari Strategi Keberlanjutan

Sejumlah Dunia Usaha di Indonesia Belum Melihat Nilai dari Strategi Keberlanjutan Kredit Foto: Pexels/Sora Shimazaki
Warta Ekonomi, Jakarta -

President and Managing Director, SAP South East Asia Verena Siow menyebut diperlukan upaya lebih untuk terus mendorong nilai keberlanjutan bagi dunia usaha di Indonesia.

Hal tersebut diperlukan karena berdasarkan hasil penelitian terbaru Oxford Economics dan SAP (NYSE: SAP) bahwa 13 persen yang mengaku strategi keberlanjutan mereka hari ini telah mencapai hasil yang bernilai.

Meski begitu 69 persen usaha mengaku tidak sulit untuk menerapkan keberlanjutan dan tetap menguntungkan. Hal ini mungkin terjadi karena masih ada celah antara rencana dan tindakan keberlanjutan pada banyak perusahaan. 

Baca Juga: Green Future Festival, Inisiatif SUN Energy Tingkatkan Kesadaran Masyarakat akan Solusi Keberlanjutan

"Kurang dari setengah (46 persen) bisnis di Indonesia memiliki rencana keberlanjutan yang dikomunikasikan dengan jelas, sehingga hanya ada 13 persen yang memberi insentif kepada para pemimpin berdasarkan sustainability success dan bahkan kurang dari dua per lima (38 persen) yang karyawannya merupakan peserta aktif dalam upaya keberlanjutannya," ujar Verena dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11/2022).

Verena menyebut hal tersebut adalah sesuatu yang menggembirakan karena artinya dunia usaha di seluruh Asia Tenggara semakin memperhatikan praktik keberlanjutan di seluruh rantai pasokan mereka, termasuk pemasok mereka.

"Tidak ada waktu yang disia-siakan untuk bergerak di luar strategi dan mencapai hasil yang jelas dan nyata. Dalam tiga tahun, hampir sepertiga bisnis mengharapkan nilai signifikan dari strategi keberlanjutan mereka–dan kami percaya bahwa dengan fokus yang tepat, angka ini bisa lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Lanjutnya, ia mengatakan kepatuhan terhadap regulasi merupakan faktor pendorong sekaligus tantangan utama keberlanjutan. Adapun strategi keberlanjutan di Indonesia saat ini utamanya didorong oleh regulator.

Responden survei mencatat bahwa pendorong utama keberlanjutan dalam bisnis mereka adalah mandat regulasi usaha 60 persen, artinya nilainya lebih besar dibandingkan permintaan pelanggan 54 persen dan reputasi pasar 54 persen. 

Fokus tersebut sejalan dengan kepatuhan terhadap peraturan sebagai manfaat utama yang diperoleh dari keberlanjutan sejauh ini 56 persen, dibandingkan dengan pengurangan emisi karbon dan peningkatan produktivitas. 

"Jelas bahwa perusahaan mungkin perlu memfokuskan kembali strategi mereka untuk mencapai nilai lebih besar dari keberlanjutan," ungkapnya. 

Terlalu fokus pada kepatuhan peraturan disebut-sebut sebagai tantangan tertinggi ketiga bagi keberhasilan keberlanjutan oleh responden Indonesia, setelah kurangnya penemuan strategi bisnis yang baru dan data yang tidak efektif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: