Kegiatan HMM diikuti 190 delegasi dari negara anggota G20 dan negara maju lain, seperti Singapura, Uni Emirates Arab, Swiss, Belanda, dan perwakilan dari beberapa negara mewakili regional seperti ASEAN, Pacific Island Forum, African Union, Caribbean Community, dan NEPAD. Sejumlah organisasi internasional seperti WHO, World Bank, GAVI, CEPI, Global Fund, dan OECD juga hadir dalam acara tersebut.
Gelaran G20, lanjut Syaikhu, menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk memperkenalkan tanaman obat dan obat tradisional khas negeri ini. Itulah sebabnya, pada side event wellness and tourism pada 14 November mendatang pun, lebih dari 50 mitra akan ikut mempromosikan produk berbahan baku tanaman obat tradisional. Mereka, antara lain, pelaku industri obat tradisional, kecantikan dan spa, termasuk organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional.
Baca Juga: NasDem Bantah Ngebet Usung Anies Baswedan, Lihat Bagaimana Dulu Jokowi Membawa Kemenangan...
Arsitektur kesehatan global menjadi salah satu isu prioritas yang diusung Pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 2022. Dua isu utama lainnya adalah transisi energi terbarukan dan berkelanjutan serta isu transformasi digital.
Dalam hal arsitektur kesehatan global, pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional berjalan seiring dengan program pemerintah. Dan itu menjadi bagian dari ketahanan obat nasional.
"Bahan baku obat di Indonesia ini banyak sekali didatangkan atau diimpor dari luar negeri. Ini juga kurang bagus. Yang bagus adalah kita bisa secara mandiri bisa mempersiapkan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Ya di dalam rangka menghadapi pandemi, kemudian untuk menutupi kebutuhan bangsa dan sebagainya," terang Syaikhu.
Selain untuk menarik perhatian delegasi G20, suvenir ini menjadi cara untuk mengenalkan manfaat tanaman obat yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu, dan fitofarmaka. Melansir data dari laman IPB, Indonesia menjadi rumah bagi 80 persen tanaman obat di dunia. Tercatat ada sekitar 25.000 hingga 30.000 jenis tanaman yang berpotensi menjadi tanaman obat.
Baca Juga: Resmi, Putin Batal Hadir di KTT G20, Sebagai Gantinya Presiden Rusia Lakukan...
Harapannya, tanaman obat dan obat tradisional Indonesia memberikan kontribusi terhadap isu kesehatan global dan mengundang negara lain ikut serta dalam pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. “Sudah banyak yang menanyakan dari India, Arab, Brasil, Korea Selatan, dan sejumlah negara Eropa, menanyakan bagaimana mendapatkan produk tersebut. Ini kan masih bahan ya, jadi ditanyakan produknya apa saja dan lain sebagainya,” kata Syaikhu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Aldi Ginastiar