Gempar, Roket Rusia Guncang Polandia Saat Pemimpin Barat Lagi di Indonesia
Polandia, salah satu anggota NATO, mengatakan pada Rabu (16/11/2022) bahwa sebuah roket buatan Rusia menewaskan dua orang di Polandia timur dekat Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Polandia mengatakan roket itu jatuh pada Selasa (15/11/2022) sore di Przewodow, sebuah desa di Polandia timur sekitar 6 kilometer (3-1/2 mil) dari perbatasan dengan Ukraina, menewaskan dua orang. Laporan media mengatakan serangan itu menghantam fasilitas pengeringan biji-bijian.
Baca Juga: Mesti Berterima Kasih atau Malah Waspada? Rusia Kuak NATO Punya Agenda buat Militerisasi...
Pernyataan itu adalah komentar paling rinci Polandia sejauh ini tentang ledakan tersebut, yang terjadi pada pukul 15:40. Amerika Serikat dan sekutu Barat mengatakan mereka sedang menyelidiki tetapi tidak dapat mengkonfirmasi laporan bahwa rudal Rusia yang tersesat menghantam desa tersebut.
NATO berkomitmen untuk pertahanan kolektif, jadi serangan Rusia ke Polandia dapat berisiko memperluas konflik antara Rusia dan Ukraina, yang dimulai dengan invasi Moskow pada Februari.
Seorang pejabat NATO mengatakan aliansi sedang menyelidiki laporan tersebut dan berkoordinasi erat dengan Polandia.
Polandia meningkatkan kesiapan beberapa unit militer dan menentukan apakah akan meminta konsultasi dengan sekutu berdasarkan Pasal 4 perjanjian NATO, kata Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawieck.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Presiden Polandia Andrzej Duda melalui telepon bahwa Washington memiliki "komitmen kuat untuk NATO" dan akan mendukung penyelidikan Polandia, kata Gedung Putih.
Associated Press sebelumnya mengutip seorang pejabat senior intelijen AS yang mengatakan ledakan itu karena rudal Rusia telah menyeberang ke Polandia.
Namun di Washington, Pentagon, Gedung Putih, dan Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka tidak dapat menguatkan laporan tersebut dan bekerja sama dengan pemerintah Polandia untuk mengumpulkan lebih banyak informasi. Departemen Luar Negeri mengatakan laporan itu "sangat memprihatinkan".
Jerman dan Kanada mengatakan mereka sedang memantau situasi, dan Uni Eropa, Belanda, dan Norwegia mengatakan mereka sedang mencari lebih banyak rincian. Presiden Prancis Emmanuel Macron memerintahkan upaya verifikasi, sementara Inggris "segera" menyelidiki laporan tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto