Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alasan di Balik Krisis Pertukaran FTX dan Alameda Research

Alasan di Balik Krisis Pertukaran FTX dan Alameda Research Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
Warta Ekonomi, Jakarta -

Baru-baru ini, pasar dan industri kripto telah dikejutkan oleh krisis yang disebabkan keruntuhan FTX dan Alameda Research yang terjadi secara mendadak. Pertukaran cryptocurrency FTX merupakan pertukaran atau bursa kripto terpusat yang didirikan pada tahun 2018 oleh Sam Bankman-Fried. FTX memiliki spesialisasi dalam produk derivatif dan leverage, namun juga tetap menawarkan produk lain seperti kontrak berjangka, opsi, dan produk volatilitas. FTX juga memiliki mata uang kripto asli miliknya yang disebut dengan FTT.

Sementara itu, Alameda Research merupakan salah satu modal ventura di industri kripto yang mendapat dukungan dari Sam Bankman-Fried (SBF). Tidak hanya didirikan oleh SBF sebagai dana lindungnya, Alameda Research ini juga memiliki peran sebagai inkubator startup dengan melakukan investasi terkait dengan ekosistem Solana (SOL). Sejak tahun 2017, Alameda Research ini telah memiliki fokus pada investasi dan perdagangan kripto dengan mengelola berbagai kelas aset kripto.

SBF dalam dalam sebuah cuitan di akun Twitternya pada 11 November 2022 mengumumkan bahwa FTX bersama dengan Alameda Research dan 130 perusahaan afiliasinya mengajukan kebangkrutan di Delaware setelah menghadapi krisis likuiditas. Di mana sebelumnya SBF telah menutup website Alameda Research pada 9 November karena kondisi yang memburuk.

Baca Juga: Keruntuhan FTX Sebabkan Dana Perusahaan Kripto Macet hingga Jutaan Dolar

Dalam kondisi yang terus memburuk, Binance menawarkan upaya penyelamatan melalui akuisisi FTX, namun tawaran tersebut dibatalkan karena Binance melihat adanya kondisi yang tidak sepadan untuk melakukan akuisisi pada FTX. Hal ini diumumkan oleh CEO Binance Changpeng "CZ" Zhao pada 9 November dalam cuitan yang diunggah di akun Twitternya.

"Sebagai hasil uji tuntas perusahaa, serta laporan berita terbaru mengenai kesalahan penanganan dana pelanggan dan dugaan investigasi Amerika Serikat, kami telah memutuskan bahwa kami tidak akan mengejar potensi akuisisi FTX.com," tulis Zhao.

Kasus kesalahan penanganan dana pelanggan dan dugaan investigasi AS ini merujuk pada sebuah laporan yang mengatakan bahwa SBF telah menggunakan dana simpanan pelanggan FTX untuk diberikan kepada Alameda Research sebagai pinjaman untuk bertaruh pada cryptocurrency lain karena mereka tengah mengalami krisis.

Kemudian dalam sebuah artikel yang diterbitkan Forbes pada 14 November mencatat bahwa inti permasalahan dari keruntuhan FTX dan Alameda research ini adalah token FTT yang dikeluarkan dalam aksi jual besar-besaran. Hal ini karena FTX mencoba menjual sebagian besar bisnis operasinya untuk menyaingi Binance.

Inti dari permasalahan ini adalah token asli FTX, FTT yang dikeluarkan dalam aksi jual besar-besaran. FTX berusaha menjual sebagian besar bisnis operasinya untuk menyaingi Binancen setelah gelombang penarikan mengancam akan menjatuhkan FTX tapi secepat Binance menawarkan paket penyelamatan dalam bentuk akuisisi perusahaan itu mundur.

Awal dari masalah ini berasal dari laporan yang diterbitkan oleh CoinDesk pada 2 November yang melaporkan dokumen yang bocor terkait dengan neraca Alameda Research, di mana dalam hal ini CoinDesk mempertanyakan sejumlah besar token FTT di neraca Alameda Research. Hal ini pun menjadi masalah karena seharusnya dua perusahaan tersebut memisahkan keuangan mereka sebagai badan hukum yang berbeda yang mana dapat menimbulkan implikasi aset dan FTT pun tidak cukup likuid untuk mendukung neraca Alameda.

Krisis semakin nampak manakala CZ sebagai CEO Biance mengumumkan untuk menjual miliaran aset FTT yang dimilikinya, membuat para pelanggan lain yang khawatir mencoba menarik dana mereka di tengah kekhawatiran atas pengaturan keuangan yang berisiko antara FTX dengan Alameda Research. Dengan pengaturan keuangan yang berisiko, keduanya tentu menjadi sangat rentan terhadap volatilitas.

Menyusul kegagalan upaya menyelamatkan FTX setelah Binance mundur diri dari tawaran akuisisi, FTX mengalami pembekuan aset pada 10 November di mana regulator sekuritas Bahama membekukan aset pada anak perusahaan FTX bernama FTX Digital Markets dan Departemen Keuangan dan Inovasi California juga mengumumkan bahwa mereka akan memulai penyelidikan pada FTX.

Tidak lagi memiliki cadangan aset untuk memenuhi permintaan pelanggan, krisis yang dihadapi FTX tidak hanya sampai pada pengajuan kebangkrutannya di tanggal 11 November, namun beberapa waktu setelah itu, FTX mengalami peretasan dan tercatat ada transaksi tidak sah yang telah berhasil mencuri aset FTX sebesar US$500 juta di mana untuk memecahkan pelacakan, peretas menginvestasikan aset tersebut ke dalam kripto Ether (ETH).

Diketahui baru-baru ini, menyusul keruntuhan yang terjadi, Pengadilan Federal Florida menerima gugatan pada 16 November lalu terkait dengan tuduhan bahwa SBF telah menciptakan skenario penipuan cryptocurrency yang dirancang untuk mengakali para investor dan mengambil keuntungan dari mereka.

Baca Juga: Laporan Coinbase Catat Musim Dingin Kripto Akan Terus Berlanjut sampai 2023 karena Krisis FTX

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: