Tekan Angka Kemiskinan, Menko PMK Minta Muhammadiyah Ambil Peran dalam Ekonomi Indonesia
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy tengah fokus dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dia melihat, khususnya di bidang industri padat karya, banyak perusahaan memutuskan hubungan kerja (PHK) karyawan karena mengalami penurunan produksi.
Bahkan, beberapa perusahaan sudah ada yang memangkas jam kerjanya menjadi 3-4 hari, yang biasanya 7 hari kerja. Atas kondisi tersebut, dikhawatirkan akan menambah warga miskin baru.
Baca Juga: Menko PMK Buka R20, Forum Agama Terbesar Dunia yang Digelar di Indonesia
"Kalau tidak diatasi, dikhawatirkan akan semakin banyak yang di PHK. Sehingga kalau itu terjadi akan menjadi kemiskinan baru," ungkap Muhadjir belum lama ini saat menjadi narasumber pada acara Muhammadiyah Business and Invesment Forum di The Sultan Hotel, Solo.
Turut hadir dalam acara tersebut Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Ketua Kadin Arsjad Rasyid, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi Anwar Abbas, Ketua MEK PP Muhammadiyah Herry Zudianto, dan para kader Muhammadiyah serta kalangan penggiat ekonomi Muhammadiyah.
Muhadjir menilai hal ini harus dilakukan oleh semua pihak secara terkoneksi sehingga bisa menekan laju PHK di tengah ketidakpastian perekonomian akibat politik global. Termasuk oleh Muhammadiyah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Republik Indonesia.
Menurutnya, Muhammadiyah harus menaruh perhatian pada masalah ini. Selain itu juga harus meningkatkan peran dan kontribusinya sebagai kekuatan dan gerakan pembebas bagi persoalan umat dan bangsa, khususnya kemiskinan dan penderitaan rakyat.
"Karena ruhnya Muhammadiyah ini adalah jaringan bisnis dan ekonomi. Bahkan Kiai Ahmad Dahlan juga seorang saudagar. Maka itu saya harap ada agenda ke depan untuk memajukan ekonomi kita," kata dia.
Baca Juga: Menko PMK: Baru 5,6 Juta dari 35 Juta Pekerja Terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan
Menko PMK menambahkan, Indonesia sejauh ini memiliki ketahanan pangan yang kuat, karena tidak terlalu bergantung pada suplai pangan dari luar. Meskipun demikian, ia tak menampik kalau saat ini Indonesia juga dihantui oleh kondisi ketidakpastian global dengan adanya konflik Rusia-Ukraina.
Hal itu berdampak parah untuk beberapa negara dan Indonesia cukup beruntung karena dalam kondisi baik, jika dilihat dari inflasi yang di bawah 5%. Oleh sebab itu, ujarnya, Indonesia harus tetap waspada dengan kondisi dunia saat ini, karena konflik Rusia-Ukraina menyebabkan beberapa negara mengalami krisis energi dan pangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Laras Devi Rachmawati
Editor: Ayu Almas