Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia KLB Polio, Ini dia Kronologisnya

Indonesia KLB Polio, Ini dia Kronologisnya Kredit Foto: Kemenkes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemunculan virus Polio di Kabupaten Pidie, Aceh disinyalir karena lingkungan yang kotor. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, virus tersebut menyebar melalui saluran pencernaan dan menyebabkan penularan virus.

Dari data yang diterima, pasien positif Polio berusia 7 tahun 2 bulan. Dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri.

Pasien anak milai merasa sakit pada 6 oktober, tiga hari setelahnya mulai terserang lumpuh dengan terjadi pengecilan pada otot paha dan betis kiri.

Baca Juga: Konferensi Internasional Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu: Wujudkan Kolaborasi Lintas Profesi

Pada 18 oktober 2002 pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Teungku Chik Ditiro (TCD) Sigli selama dua hari pihak RSUD mengambil dua suspensi dan mengirimkannya ke provinsi dan Jakarta.

Setelahnya sample baru diterima Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes pada 28 oktober. Setelah 10 hari, hasil tes baru keluar dengan hasil virus polio tipe 2.

Dalam hal ini dikabarkan bahwa pasien anak tidak memiliki riwayat imuniasi. Serta tida memiliki riwatar perjalanan atau kontak dengan palaku perjalanan.

Penyebab Penularan Virus Polio


Data dari Kemenkes RI, Polio dapat ditularkan melalui lingkungan yang tercemar tinja yang mengandung virus poilio. Dalam hal ini, virus Polio dapat bertahan hidup selama beberapa waktu di air dan tanah. Terutama dalam suhu dingin dan tidak ada paparan langsung dari sinar matahari.

Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan menjadi faktor terbesar dalam penyebaran Polio.
Baca Juga: JBio dan Kemenkes Bersinergi Tangani Covid, Tanda Tangani Bantuan Hibah 200.000 Dosis Vaksin Zifivax
Dari observasi, didapatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih kurang diterapkan. Masih ditemukan penduduk yang menerapkan BAB di tempat terbuka (di sungai). Selain itu, meskipun terdapat toilet namun lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai.

Air sungai yang telah tercemar tersbeut, masih digunkan penduduk sekitar sebagia sumber aktivitas. Seperti mandi, mencuci, termasuk tempat untuk bermain anak-anak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: