Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dorong Digitalisasi Industri Perikanan, Asha Fortuna Corpora Bangun Big Data di Indonesia Bersama WGSH

Dorong Digitalisasi Industri Perikanan, Asha Fortuna Corpora Bangun Big Data di Indonesia Bersama WGSH Kredit Foto: Lestari Ningsih
Warta Ekonomi, Jakarta -

Holding PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA), yakni PT Asha Fortuna Corpora (AFC) berupaya mendorong digitalisasi di industri perikanan Indonesia. Hal itu diimplementasikan ASHA melalui kolaborasi bersama PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH).

Menandatangani MoU di Jakarta pada 23 November 2022, AFC dan WGSH bekerja sama tidak hanya mendorong digitalisasi industri perikanan, tetapi juga bersama membangun big data di Indonesia. Kerja sama keduanya diwujudkan melalui pembangunan PT baru sebagai joint venture yang statusnya dimiliki oleh AFC dan WGSH. Namun, nama entitas PT tersebut hingga kini masih dalam tahap diskusi kedua pihak.

Baca Juga: Musim Bagi-Bagi Dividen, Unilever Indonesia Siapkan Dana Segar Rp2,63 Triliun Buat Pemegang Saham!

Direktur Utama AFC, Asman, menyampaikan bahwa kerja sama tersebut juga sekaligus menjadi bagian dari pembangunan sektor hulu yang menurutnya selama ini kurang mendapat perhatian. Terlebih lagi, ada sejumlah tantangan yang dihadapi, mulai dari sisi regulasi, SDM, teknologi, hingga manajemen perikanan yang membuat industri ini kurang berperan di pasar global. 

"Kerja sama ini merupakan upaya kami untuk beralih dari manajemen yang bersifat tradisional ke arah yang lebih modern dengan mengedepankan informasi dan teknologi, termasuk di dalamnya teknologi perikanan," pungkas Asman dalam agenda Penandatanganan Mou AFC dan WGSH di Jakarta, Rabu, 23 November 2022.

Direktur Utama ASHA, William Sutioso, mengungkapkan bahwa saat ini data menjadi kelemahan bagi industri perikanan. Hal itu setidaknya tercermin dari data produksi seafood di Indonesia yang kurang akurat sebagai imbas dari sejumlah kapal yang tidak tercatat dengan baik.

"Data masih menjadi kelemahan di Industri perikanan. Kendala kapal-kapal yang tidak tercatat, terutama kapal dibawah 30 GT, membuat produksi seafood Indonesia kurang akurat," tegas William.

Ia menambahkan, Kombinasi antara kenaikan BBM dan rendahnya penetrasi perbankan ke industri ini yang hanya 0,41% membuat supply seafood tidak dapat mengimbangi permintaan pasar domestic dan internasional yang meningkat secara signifikan akibat perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Supply seafood, lanjutnya, masih menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan permintaan

"Dengan keterjaminan supply, ASHA akan dapat memenuhi permintaan baik eksport maupun kebutuhan dalam negeri," kata William.

Pada saat yang sama, Edward Setiawan selaku Direktur WGSH, menyambut baik kerja sama tersebut. Terlebih lagi, WGSH merupakan venture builder atau pabrik pembuat startup ternama di industri informasi teknologi. Edward menyebut kerja sama dengan AFC ini sebagai kerja sama Versi 1. Target tahap awal Versi 1 ini adalah menghubungkan kapal-kapal yang menganggur, nelayan yang tidak memiliki kapal, investor, dan konsumen sehingga menghasilkan produk yang dapat dilacak. Versi 1 ini akan terus dikembangkan ke versi lanjutan lainya dengan memperhatikan pengelolaan Dockyard/Shipyard, Cold chain dan sebagainya.

"WGSH memberikan akomodasi berupa HAKI perangkat lunak, tenaga ahli di bidang teknologi, dan ekosistem yang mendukung untuk membangun startup. Selain itu, WGSH juga memiliki data center sendiri," lanjutnya.

Menurut Edward, pembentukan join venture ini merupakan upaya WGSH dalam memperoleh tambahan captive revenue stream yang signifikan dari startup subsidiary. Kerja sama ini, diperkirakan akan mampu meningkatkan valuasi Perseroan secara signifikan, yang nantinya meningkatkan kapitalisasi pasar pemegang saham sebagai perusahaan terbuka, selain potensi dividen income dari subsidiary.

Berdasarkan data KKP, terdapat sedikitnya 100.000 kapal yang berlayar di perairan Indonesia. Akan tetapi, jumlah ini dinilai masih belum menyajikan keseluruhan kapal mengingat masih banyak kapal yang belum tercatat, terutama untuk kapal di bawah 30 GT. Pembangunan Versi 1 ini memiliki potensi yang sangat besar dari segi peluang usaha serta dapat membantu pemerintah dalam membangun big data perikanan tanah air.

Henry Sutioso sebagai penanggung jawab project yang juga merupakan Direktur Di PT CSFI Tbk (yang akan menjadi off taker) menjelaskan, “Project ini merupakan project kemitraan dengan nelayan sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat nelayan dengan naiknya kesejahteraan mereka. Diharapkan project ini dapat menjadi role model industry perikanan, serta dapat menciptakan data yang lebih valid guna membangun industri perikanan yang sehat, dan bankable. Kami juga berharap kerja sama ini dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia mengingat peserta yang mengikuti project ini akan melalui screening ataupun scoring yang dilakukan oleh Joint Venture. Nelayan yang tidak memiliki kapal nantinya diharapkan dapat memiliki kapal sendiri”.

Lebih jauh, Henry menjelaskan bahwa ouput yang dihasilkan PT Joint Venture ini diharapkan dapat membuat Perseroan dapat melakukaan kontrak jangka Panjang dengan buyer atau customer sehingga memberikan kepastian yang sustainable kepada Perseroan. Keterbatasan dalam membuat kontrak jangka panjang terjadi akibat ketidakpastian supply yang merupakan salah satu kelemahan industry perikanan.

Henry menjelaskan kerjasama Joint Venture ini juga membangun kolaborasi dengan start-up perikanan yang telah ada, start up ini dapat berperan serta dalam pembelian seafod di market landing. Sementara Joint Venture lebih fokus di Hulu.

Sebagai tambahan informasi, selain bekerjasama dengan WGSH, Perseroan juga membangun partnership dengan OCEAN EYES Jepang, dengan Teknologi AI dapat menentukan potensi jumlah ikan, jenis ikan dan sebagainya. Diharapkan kerjasama ini dapat ditingkatkan lagi untuk memperkuat pembangungan data perikanan Indonesia

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: