PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH), optimistis memasuki Kuartal IV/2022 di tengah isu resesi yang mengancam. Perseroan masih meyakini target kenaikan pendapatan sebesar 40% akan dicapai pada tahunini.
Direktur Utama BUAH Renny Lauren mengatakan pada periode jelang penutupan tahun ini, Perseroan masih akan tetap melanjutkan ekspansinya untuk membuka cabang baru di Palu, Sulawesi Tengah. Perseroan pun melihat tren pertumbuhan kinerja masih akan dapat berlangsung hingga tahun depan.
Hal itu, karena konsumsi masyarakat terus meningkat danmasyarakat yang peduli terhadap gaya hidup sehat terus meningkat. Sejalan dengan hal tersebut Renny menyebutPerseroan juga telah menyiapkan berbagai strategi danpenyesuaian agar dapat mencapai target di penghujung tahun tersisa.
“Manajemen BUAH masih optimistis dapat mencapai target penjualan di sepanjang tahun ini. Keyakinan tersebut didukungrencana pembukaan cabang yang dapat menjadi pendongkrak omzet kami di masa mendatang,” kata Renny melalui siaran pers, Rabu (30/11/2022).
Baca Juga: Ada Ancaman Resesi, Apa yang Harus Dilakukan Pelaku Usaha?
Direktur BUAH Toni Soegiarto menambahkan Perseroan tentunya tetap mempertimbangkan berbagai kemungkinan pada Kuartal IV/2022 ini. Isu resesi, menurunnya daya beli masyarakat, kenaikan harga pembelian, dan hal lain yang tentunya akan dan bahkan sedang Perseroan hadapi.
“Manajemen tentunya menyusun skema dan strategi agar tetap dapat mencapai target BUAH kedepannya,” ujarnya.
Toni mengungkapkan bahwa isu resesi menjadi salah satu faktor utama, karena daya beli masyarakat cenderung menurun. Di sisi lain, BUAH tetap optimis dengan rencana dibukanya cabang Palu. Langkah ini diambil dengan maksud agar perusahaan dapat terus konsisten dalam mendistribusikan buah ke seluruh Indonesia.
“Kami yakin dan optimis dengan pembukaan kantor dan cold storage di Palu di tengah isu resesi. Tentunya kami juga memilikistrategi tersendiri dalam mengejar target yang kami sampaikan saat IPO kemarin” ujarnya.
Toni mengatakan saat ini secara kinerja kendati pendapatan Perseroan terus bertumbuh tetapi memang belum dapat mengerek laba secara maksimal. Hal itu disebabkan karena BUAH masih mempertahankan harga jual meski secara HPP mengalami kenaikan.
“Kenaikan biaya pembelian tentunya mempengaruhi harga modal produk kami, akan tetapi kami masih belum menaikkan harga jual, mengingat kami perlu mengimbangi daya beli masyarakat yang menurun akibat kenaikan harga BBM dan harga pokok lainnya,” kata Toni.
Baca Juga: Ada Ancaman Resesi dan Serangan Siber, Bagaimana Nasib Industri Keuangan?
Sebelumnya, secara keseluruhan kinerja Perseroan hingga KuartalIII/2022 telah membukukan pendapatan Rp943 miliar atautumbuh 35,68% (yoy), dengan laba bersih sebesar Rp20 miliar, turun 21.24% dibandingkan laba bersih di periode yang sama tahun lalu.
Penurunan laba di sebabkan peningkatan beban pokok penjualan yang tidak di imbangi dengan kenaikan harga jual, dengan memperhatikan daya beli masyarakat dan juga adanya peningkatan beban pokok penjualan yang cukup signifikan BUAH naik 38.94% menjadi Rp858,32 miliar.
“Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya laba pada Kuartal III/2022 ini. Kenaikan biaya pembelian yang disebabkan oleh kenaikan kurs Dollar, kenaikan biaya pengiriman (Freight cost), kenaikan harga pembelian yang disebabkan adanya lockdown di Negara asal khususnya China dan kenaikan biaya angkutan,” ungkap Renny.
Adapun saat ini BUAH telah memiliki 11 kantor cabang dan cold storage di berbagai wilayah di Indonesia, disusul oleh cabang Palu menjadi 12 cabang nantinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: