Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sejatinya Bisa Penuhi, Impor Baja Indonesia Nyatanya Masih Tinggi, Ternyata Ini Penyebabnya!

Sejatinya Bisa Penuhi, Impor Baja Indonesia Nyatanya Masih Tinggi, Ternyata Ini Penyebabnya! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia sejatinya mampu memproduksi sekitar 80 persen kebutuhan baja di tanah air. Namun faktanya, utilitas produksi baja di Indonesia tidak sampai 60 persen. 

Direktur Keberlanjutan Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kimron Manik menyebutkan total konsumsi baja konstruksi di Indonesia sebesar 1.387.979 ton di tahun 2023. Sedangkan untuk pembangunan IKN Nusantara dibutuhkan 425.418 ton dalam periode 2022-2024.

Baca Juga: Event IBF 2022 Berjalan Sukses, Industri Baja Nasional Diharapkan Mampu Bersaing

"Kondisi pasokan material baja tahun 2021 memiliki kapasitas produksi sebesar 20,97 juta ton dengan tingkat utilitasi kapasitas produksi rata-rata sebesar 55,26 persen. Ini memprihatinkan," ucap Kimron dalam acara FGD "Kaleidoskop Ketahanan Industri Baja Nasional dalam Mendukung Pembangunan Infrastruktur dan Industri Manufaktur", di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Menurut, Kimron produksi baja dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan. Akan tetapi hal ini dipengaruhi salah satunya oleh ketidakpastian pasar.

"Kita sebenarnya memiliki kemampuan, pabrik-pabrik kita. Tetapi, karena tidak ada kepastian pasar dan sebagainya. Mereka hanya bisa memproduksi 55,26% dari kapasitasnya," kata Kimron.

Kimron mengungkapkan pasokan supply baja nasional Tahun 2021 sebesar 11,59 juta ton. Sedangkan, konsumsi baja nasional sebesar 15,46 juta ton, dari jumlah tersebut 78% diantaranya untuk sektor konstruksi.

Baca Juga: NasDem Ngakunya Tak Mau Bermewah-mewah, Jet Pribadi Anies Baswedan Ternyata Harganya Ratusan Miliar!

"Dengan melihat data tersebut, rata-rata utilisasi produksi industri baja nasional saat ini berada di level 50%. Dimana angka itu masih jauh dari growth utilitation sebesar 80%. Sebagaimana yang telah ditentukan oleh negara-negara produsen baja dunia," tutunya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: