Penggeledahan Kantor Gubernur Khofifah, Disebut Sebagai Bagian ‘Operasi Hitam’ Jelang Pilpres 2024
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menganalisis adanya skenario politik di balik penggeledahan kantor Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dan wakilnya, Emil Dardak.
Ia juga menambahkan, ini semakin jelas sebab Khofifah disebut sebagai salah satu tokoh yang ideal mendampingi Anies Baswedan.
"Di negara dunia ketiga, instrumen hukum masih bisa diintervensi oleh politik, termasuk di Indonesia," tegas Ujang, melansir dari medcom.id, Senin (26/12/22).
Ujang lalu mengambil contoh Sylviana Murni yang disebut sempat dicari-cari kesalahannya ketika maju sebagai calon wakil presiden AHY di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
"Korupsi masjid, korupsi lain sebagainya, dan sebenarnya tidak ada. Sampai hari ini tidak ada bukti, dan sekarang Sylviana menjadi anggota DPD RI mewakili DKI Jakarta," kata dia.
"Saya melihat, walaupun memang saya agak subjektif, kalau penggeledahan ruang Gubernur Jawa Timur, itu bagian dari skenario politik."
Ujang mendasarkan analisis ini pada fakta yang dijumpainya tidak lama sebelum penangkapan eks Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
"Saya katakan ini adalah operasi hitam menjelang Pilpres. Lalu ada salah seorang menteri, meng-WA saya, dikirim link berita itu ke saya. Dia mengatakan, 'Seperti itu lah kira-kira'. Ya (membenarkan analisis saya)," terang Ujang.
Baca Juga: Kubu Anies Baswedan Dinilai Tidak Konsisten Soal Narasi Anti Oligarki
Karena itulah, Ujang juga memiliki opini yang sama terkait penggeledahan ruang kerja Khofifah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty