Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Susah Ditutupi, Putin Beber Ancaman Terhadap Negara-negara Bekas Soviet

Susah Ditutupi, Putin Beber Ancaman Terhadap Negara-negara Bekas Soviet Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Sergey Guneev
Warta Ekonomi, Moskow -

Republik pasca-Soviet menghadapi semakin banyak ancaman eksternal terhadap keamanan mereka, kata Presiden Rusia Vladimir Putin.

Berbicara pada pertemuan puncak informal para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di St. Petersburg pada Senin (27/12/2022), Putin menekankan bahwa sementara para aktor regional terkadang memiliki pendapat yang berbeda, mereka siap bekerja sama untuk menyelesaikan perselisihan apa pun.

Baca Juga: Kepercayaan Dirusak Amerika, Pendahulu Putin Buka-bukaan Rekonsiliasi

Presiden Rusia mencatat bahwa "lingkaran persahabatan" adalah bukti kesiapan anggota CIS untuk bekerja sama "dalam semangat kemitraan strategis sejati, saling menguntungkan, dan menghormati kepentingan semua negara."

Putin menyoroti peran yang dimainkan CIS dalam mendukung keamanan dan stabilitas kawasan. “Sayangnya, tantangan dan ancaman di bidang ini, terutama yang datang dari luar, semakin meningkat setiap tahunnya,” katanya. Terhadap latar belakang ini, dia menambahkan bahwa badan intelijen CIS dan lembaga keamanan lainnya telah terlibat dalam "kontak dekat".

Putin memang mengakui bahwa anggota CIS terkadang berselisih. “Namun yang utama adalah kami siap dan mau bekerja sama. Bahkan jika ada masalah yang muncul, kami berusaha untuk menyelesaikannya sendiri, bersama-sama, sambil saling memberikan bantuan dan mediasi yang bersahabat," tambahnya.

Menurut pemimpin Rusia itu, memperdalam kerja sama antara anggota CIS “sejalan dengan kepentingan mendasar rakyat negara kita,” karena membantu mengatasi masalah sosial dan ekonomi sambil berkontribusi pada keamanan regional.

Putin juga menunjukkan bahwa anggota CIS sangat erat dalam hal budaya dan sejarah, dengan bahasa Rusia menjadi “kekuatan pemersatu yang kuat, menyatukan negara multinasional kita.”

Pernyataan presiden datang setelah dia menuduh Barat "merancang skenario untuk memicu konflik baru" di ruang pasca-Soviet dalam upaya untuk mengejar "kebijakan mendikte di semua bidang." Dia mengutip konflik Ukraina sebagai contoh dari upaya tersebut pada pertemuan September dengan kepala badan keamanan CIS.

Dibentuk setelah pembubaran Uni Soviet dan menggabungkan beberapa bekas republiknya, CIS mempromosikan kerja sama dalam urusan ekonomi, politik, dan militer. Selain Putin, KTT tersebut dihadiri oleh para pemimpin Azerbaijan, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: