Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kencangkan Ikat Pinggang! Pakar Blak-blakan Ancaman 2023: Perang Ukraina Makin Dalam dan Inflasi Makin Besar

Kencangkan Ikat Pinggang! Pakar Blak-blakan Ancaman 2023: Perang Ukraina Makin Dalam dan Inflasi Makin Besar Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonomi dunia yang menjadi bulan-bulanan dalam tahun ini akibat perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan krisis energi dan inflasi yang begitu besar.

Kondisi tersebut membuat beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara eropa lainnya mengalami keterpurukan. Hasilnya, pengangguran di AS menggila dan krisis pangan di Inggris yang dipicu oleh inflasi tinggi. 

Baca Juga: Tok! Putin: Minyak Rusia Haram Dijual ke Negara-negara Langgar Batas Harga

Ekonom dan pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengatakan, inflasi melanda hampir seluruh negara membuat banyak bank sentral melakukan kenaikan suku bunga secara ekstrem sehingga membawa ekonomi dunia ke arah resesi. 

"Daya beli menjadi lemah sehingga setiap negara cenderung menahan impor dan juga menahan ekspor untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri," kata Achmad dalam keterangan resmi yang diterima Warta Ekonomi.

Beberapa waktu lalu, kata Achmad, pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat mencapai 5,72% melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara besar seperti AS, China, Jerman dan Inggris. 

"Wajah-wajah sumringah sempat mewarnai pemerintah karena merasa sudah meraih sebuah pencapaian yang besar. Tapi diwaktu yang sama inflasi di Indonesia mencapai 5,71%," ujarnya.

Inflasi akan terus bertahan lebih lama

Perang Rusia dan Ukraina semakin meluas eskalasinya bahkan NATO dan AS ikut campur semakin dalam. Terakhir di bulan ini Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan kunjungan dan AS memberikan bantuan persenjataan dan keuangan kepada Kiev. 

Pakar dari Narasi Institute menilai, tentunya hal ini membuat tensi ketegangan Rusia dan Ukraina semakin tinggi. Ini menjadi ancaman besar yang akan membuat negara-negara di dunia akan sulit keluar dari inflasi. 

"Peta konflik pun semakin meluas. Konflik Korea Selatan dan Korea Utara sudah dimulai yang dipicu oleh latihan perang AS dengan Seoul yang membuat Pyongyang terprovokasi, demikian juga China dengan Taiwan," paparnya.

Kondisi ini menjadi preseden buruk terhadap situasi ekonomi global ke depan. Indikator resesi ekonomi semakin kuat.

Jika ini tidak segera diselesaikan, tegas Achmad, maka pertumbuhan ekonomi sebagian besar negara-negara di dunia termasuk Indonesia akan mengalami stagflasi. 

"Indikator-indikator di atas akan menyebabkan inflasi bertahan lebih lama," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: